Ceknricek.com — Salah satu film yang paling dinanti sejak akhir tahun lalu, 1917 akhirnya tayang di bioskop tanah air. Proses screening secara terbatas telah dilaksanakan pada Jumat (17/1) di CGV Grand Indonesia, Jakarta. Ceknricek.com berkesempatan menyaksikan film ini di hari itu.
1917 memang amat dinanti, setelah film ini mendapatkan dua penghargaan Golden Globes 2020 dari tiga nominasi. Gelar yang berhasil dimenangi film garapan sutradara Sam Mendes ini adalah Film Terbaik Kategori Drama, serta Sutradara Terbaik untuk Mendes.
Tak hanya itu, dalam ajang Academy Awards 2020 film ini juga sukses meraih 10 nominasi. Hanya ada satu film yang mampu meraih nominasi lebih banyak dari 1917, yakni Joker yang meraih 11 nominasi. Tak cukup disitu, 1917 juga masuk dalam top-ten lists beberapa kritikus terkemuka seperti New York Post (1), USA Today (4), Associated Press (4), The Hollywood Reporter (8), hingga IMDB (8).

Lantas setelah menonton film berdurasi 119 menit, Ceknricek.com tanpa ragu menempatkan 1917 ke dalam daftar 10 besar film terbaik di tahun 2019, meski film ini sendiri baru ditayangkan di awal 2020 ini. Ya, di Amerika Serikat sendiri film ini memang ditayangkan di periode Natal, 25 Desember yang membuat film ini masih bisa masuk penilaian di ajang seperti Golden Globe ke-77 dan Academy Award ke-92.
Guna menjaga kenyamanan pembaca yang nantinya akan menonton film ini, maka Ceknricek.com sengaja tak memberikan bocoran cerita dari film (spoiler) dalam ulasan ini. Namun yang bisa dipastikan adalah 1917 menyajikan kisah yang sederhana, namun penuh makna. Rasanya 1917 memang layak menjadi penantang utama pemenang kategori Film Terbaik di Academy Award 2020 ini.
Apa yang membuat film bertemakan perang ini terasa begitu epik adalah karena semua dikemas secara sempurna di bawah arahan sang sutradara, Sam Mendes. Mulai dari naskah cerita, efek visual, tata visual, sinematografi, pemilihan karakter hingga tata suara, semuanya seperti menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi.

Berbeda dengan film-film bertemakan perang yang umumnya menonjolkan aksi perang dengan berbagai kekuatan artileri seperti Fury (2014) atau Dunkirk (2016), maka 1917 ini memperlihatkan sudut pandang perang dari seorang prajurit, yakni Lance Corporal Will Schofield (diperankan oleh George MacKay).
Disinilah kejeniusan seorang Sam Mendes, yang sebelumnya dikenal akan film James Bond Skyfall (2012) dan Spectre (2015). 1917 berhasil memperlihatkan ketegangan bukan karena sekadar aksi tembak-tembakan atau ledakan dari berbagai tank dan pesawat, namun bagaimana perang itu begitu menegangkan dari sudut pandang prajurit.
Film ini sendiri memang mengambil tema waktu saat Jerman menarik mundur pasukan ke garis Hindenburg di Operasi Alberich tahun 1917 (Perang Dunia I). Namun apa yang dikisahkan dalam film ini berbasis dari kisah kakek Sam Mendes, Alfred Mendes tentang perjuangan dua tentara Inggris mengirimkan pesan ke baris depan pasukan Inggris.

Jadi penonton tidak perlu repot-repot memperdebatkan soal keakuratan historis seperti film perang Pear Harbor (2001) atau Midway (2019). 1917 juga tak terlalu menunjukkan hegemoni pasukan sekutu yang menjadi pemenang perang seperti layaknya di dua film itu.
Mendes juga amat detail dalam menggambarkan latar perang dalam film. Seperti penyusunan medan perang yang penuh dengan kawat berduri, parit yang penuh dengan mayat dan digerogoti tikus, semua disusun begitu realistis yang membuat para penonton seperti berada di garis depan medan perang.
Film ini juga berhasil menarik emosi penonton melalui berbagai adegan dramatis. Seperti ketika Will menyebrangi jembatan putus, adegan tembak-tembakan dengan pasukan Jerman, hingga tentunya ketika Will berlari berlawanan arah dengan pasukan Inggris guna mengirimkan pesan kepada Kolonel Mackenzie (Benedict Cumberbatch).
Baca Juga: Review ‘Bad Boys for Life’, Tak Terasa Usang
Dari aspek sinematografi, Roger Deakins selaku sinematografer juga berhasil menambah intensitas ketegangan dalam film melalui permainan transisi dari adegan ke satu adegan. Hal-hal detail yang coba dijelaskan oleh Mendes juga terbantu dengan permainan fokus kamera yang dilakukan oleh Deakins.
Pemilihan para pemeran mulai dari Kopral Will Schofield dan Tom Blake (Dean-Charles Chapman), hingga para petinggi militer yang juga diisi aktor-aktor kawakan seperti Colin Firth, Mark Strong, hingga Benedict Cumberbatch juga terlihat amat pas. Mereka seperti menggambarkan berbagai tipe dan karakter tentara di medan perang.

Terakhir, keseruan film ini juga semakin disempurnakan dengan tata suara dan aransemen musik dari Thomas Newman. Semuanya ditempatkan seirama dengan alur cerita yang semakin mengarah ke klimaks semakin menegangkan dan semakin indah.
1917 akan mulai tayang perdana pada jadwal midnight Sabtu (18/1) di beberapa bioskop di Indonesia. Sementara untuk jadwal reguler, 1917 rencananya akan mulai tayang pada Rabu (22/1).
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini