Ceknricek.com –Pengamat politik dan filsuf Rocky Gerung memprotes keras kebijakan new normal yang dirilis pemerintah. Hal ini lantaran Presiden Jokowi sempat mengingatkan para kepala daerah agar berhati-hati menerapkan new normal. Padahal sebelumnya, Jokowi menggebu-gebu memerintahkan era new normal.

”Itu artinya, presiden sendiri abnormal, karena berubah-ubah. Ini jadi satu fakta yang memperlihatkan bahawa tidak ada konsep dalam penanganan covid-19,”kata Rocky, saat jadi nara sumber di program Sarita ( Sarinya Berita) Realita TV yang dibawakan oleh Rahma Sarita.
Menurut Rocky, dalam menangani pandemic covid-19, yang ada pemerintah dilanda kepanikan. Hanya dengan membaca bahasa tubuh presiden sebelum ngomong,lanjut Rocky, itu ada yang kacau dalam kepala presiden. Jadi yang keluar adalah kebijakan yang mondar mandir.
“Tentu saja ada urgensi ekonomi pada masyarakat. Karena dari awal masyarakat tidkak ingin normalnya berlama-lama.Pemerintah juga punya urgensi ekonomi. Tetapi rakyat urgensinya soal perut. Pemerintah urgensinya perintah dari oligarki supaya buka akses ekonomi karena akumulasinya berhenti. Jadi lain motifnya,”ujar Rocky.
Baca Juga : Di Australia Pemda Terus Membangkang Pemerintah Pusat
Menurut Rocky, pemerintah mestinya jangan tanggung dalam mengambil keputusan. Dalam kondisi sekarang, presiden seperti dalam dilema. “Sialnya dilema itu ada pada pemerintahan yang punya semua kekuasaan. Presiden punya kuasa untuk memutuskan. Presiden yang dilematis justru jadi potensi muncunya gelombang kedua covid,”tegas Rocky.
Saat disuruh menilai terkait kebijakan pemerintah dalam menangani covid-19, Rocky memberi nilai pemerintah A minus. Akal minus. Hal ini lantaran ‘kurikulum’ baru tapi kepala sekolahnya jadul, yang tidak mengerti bahwa new normal itu seluruh paradigm berubah.
BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.