Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan

Opini October 14, 20197 Mins Read

Ceknricek.com — Matahari sudah miring ke barat ketika saya sampai di Markas Sandiwara Miss Tjitjih di kawasan Kemayoran Jakarta Pusat, baru-baru ini. Melewati samping kiri gedung pertunjukkan, saya terus berjalan ke belakang, melewati sebuah gapura bambu bertuliskan “Kampung Budaya”, dan beberapa warung makanan yang kosong. Beberapa lelaki sedang melakukan kegiatan masing-masing: ada yang mengoprek sepeda motor, ada yang sedang memberi makan burung di dalam sangkarnya.

Saya menaiki tangga menuju lantai dua bangunan kopel yang menjadi tempat tinggal seluruh anggota kelompok Sandiwara Miss Tjitjih. Tempat tinggal Syarifah Rohmah (Omah) berada di lantai dua paling ujung. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Foto: Dok.Ceknricek.com

Ketika sampai, pintu tempat tinggalnya terbuka. Ada seorang perempuan mengenakan daster sedang tertidur pulas di lantai dengan kipas angin tidak jauh dari kepalanya. Udara saat itu memang sedang panas.

Karena tidak enak untuk membangunkan, saya berjanji kepada seseorang di situ, untuk kembali lagi sore hari. Ketika kembali, tiga jam kemudian, Omah sudah bangun. Dia sedang ngobrol dengan anak buahnya, yang juga tinggal di Kompleks Miss Tjitjih.

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Foto: Dok.Ceknricek.com

“Sebentar lagi saya latihan. Yuk, kita ngobrol di dalam gedung aja!,” katanya. 

Lewat pintu belakang, kami masuk ke gedung pertunjukkan yang hanya diterangi oleh lampu neon temaram. Kami duduk di level tempat para nayaga bermain musik. Ada seperangkat alat musik gamelan di situ. Di panggung, beberapa anak muda sedang berlatih tari-tarian tradisional. 

“Itu anak-anak muda yang masih mau meneruskan kesenian tradisional ini. Alhamdulillah sih, masih ada yang tertarik. Ada juga anak muda dari luar kompleks yang belajar di sini,” tutur Omah sambil memandangi anak buahnya yang sedang berlatih.

Generasi Keempat

Syarifah Rohmah (Omah), kelahiran Jakarta, lahir 14 Agustus 1968 memimpin kelompok seni tradisional Sunda Miss Tjitjih sejak tahun 2004. Omah merupakan generasi keempat yang memimpin Miss Tjitjih. Sandiwara ini didirikan oleh Sayyed Abubakar Bafaqih, lalu diteruskan anaknya Habib Sayyed Harun Bafaqih. Omah adalah anak dari Habib Sayyed Harun Bafaqih. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Foto: Dok.Ceknricek.com

Baca Juga: Melihat Kolaborasi Yuki Kato Dengan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih

Nasib Miss Tjitjih saat ini hanya tergantung kepada bantuan Pemprov DKI, yang memberikan dana setiap kali pementasan berlangsung. Setiap bulan rata-rata dua kali pentas. Di luar gedung yang terdapat di Cempaka Baru, Kemayoran, Jakarta Pusat, sesekali Miss Tjitjih juga diberi kesempatan main tiga kali dalam setahun di Galeri Kaya, Grand Indonesia.  

Gedung yang ada di Cempaka Baru dibangun di masa pemerintahan Presiden Megawati lengkap dengan tempat tinggal pemain. Diresmikan pada tahun 2004. Kini kondisinya sudah memprihatinkan. Beberapa pendingin ruangan tidak berfungsi dengan baik sehingga mengganggu kenyamanan penonton, panggung yang terlalu kecil tidak cocok untuk pementasan kesenian tradisi yang memerlukan dekorasi khusus berupa layar-layar besar. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Sumber: Merdeka

Dan yang meresahkan Omah bersama anggotanya, tidak ada sepotong surat pun yang menunjukkan bahwa mereka menjadi pemilik atau berhak tinggal di sana. Sementara Pengelola Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM), berulangkali mengingatkan agar surat bangunan diurus. Sebab jika tidak ada surat-surat, gedung pertunjukkan maupun bangunan tempat tinggal akan diambil oleh Pemda DKI.

“Saya kepingin presiden mengetahui, minimal mendengarlah nasib kami. Selama ini kan karena kita tinggal di DKI, jadi segala bantuan yang kami terima melalui DKI 1.  Saya minta Pak Jokowi–ayolah tengok kami di sini. Saya minta agar seniman lebih diperhatikan lagi. Kelangsungan keseniannya, kesejahteraannya, tolong diperhatikanlah. Kalau pendidikan kan sudah ada KJP. Yang belum adalah kesenian tradisi,” papar Omas ketika ditemui di saat mengawasi anak buahnya latihan, di Gedung Miss Tjitjih. 

Khawatir Diusir

Omah menyadari bahwa pertunjukkan kesenian yang dipimpinnya sudah tidak diminati anak-anak muda. Bahkan ketika Miss Tjitjih tidak lagi menjual tiket seperti saat ini. Tetapi dia bersama seluruh anak buahnya bertekad untuk mempertahankan Miss Tjitjih sekuat tenaga. Omah bersyukur, selain ada bantuan dari Pemprov DKI setiap kali pertunjukkan, banyak anak muda dari luar yang ikut bergabung. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Sumber: Antara

“Kami bersyukur masih ada bantuan setiap pementasan. Kalau tidak ada bantuan, dari mana kami dapat duit. Walaupun dibantu Pemda, kami tidak bisa mengandalkan dari main di sini aja karena kebutuhan ekonomi sekarang kan memang benar-benar berat. Jadi banyak anggota yang kerja di luaran untuk memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.

Yang sangat merisaukan baginya adalah soal kekuatan hukum tempat tinggal mereka yang berada di belakang gedung pertunjukkan. Saat ini ada 37 KK yang tinggal di sana dengan jumlah total 100 orang. Sedangkan jumlah kamar ada 20, sehingga dalam satu kamar bisa dihuni oleh 3 atau 4 Kepala Keluarga (KK).

“Kita bener-bener bingung soal ini. Enggak tahu mau ke mana ngurusnya. Sebab ketika kami tanya ke Pak TB Hasanuddin yang dulu jadi pembina di sini, dia juga bilang enggak tahu…kalau sampe diusir Pemda, mungkin bukan cuma kami yang enggak tahu harus tinggal di mana, Miss Tjitjih juga bisa mati. Padahal kami berniat mempertahankan kesenian ini sampai enggak ada umur..,” kata Omah. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Sumber: Djarumfoundation

Mengenai hak kepemilikan gedung dan tempat yang ditinggalinya saat ini, Omah mengaku tidak tahu menahu. Dia juga tidak tahu ada di mana surat-suratnya.

PKJ TIM pernah mengingatkan agar suratnya diurus. Kalau ada dicari sampai ketemu. Jika tidak, gedung itu akan diambil oleh Pemda DKI. Jika sudah diambil Pemda, setiap saat penghuninya bisa disuruh keluar. 

“Kita semua lagi bingung. Siapa sih yang ngurus dulu.  Saya kan dulu tahunya main sandiwara. Orang-orang tua kita yang ikut rapat. Tapi ini suratnya yang belum ada. Kita bingung. katanya dari awal enggak ada,” kata Omah dengan suara tersendat.

Tetap bertahan

Wikipedia menulis, sandiwara Sunda Miss Tjitjih adalah Sandiwara Sunda dengan nama seorang Diva Sandiwara Sunda pada tahun 1928 asal Sumedang, yaitu Miss Tjitjih. Pada tahun 1926 seorang gadis cantik bernama Nyi Tjitjih yang biasa bermain sandiwara berbahasa Sunda ditemukan oleh Aboebakar Bafaqih, seorang Arab-Indonesia kelahiran Bangil (Jawa Timur) pemilik Sandiwara Keliling atau Komedie Stamboel (1891-1903) yang sedang mengadakan pertunjukan keliling di Jawa Barat.

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Sumber: Wikimedia

Baca Juga: IDCO Mempersembahkan Pagelaran Tari “Untukmu Indonesiaku”

Saat ini Miss Tjitjih masih eksis, tetapi tidak lagi menjual tiket. Omah sadar, kesenian yang kini digelutinya tidak lagi diminati generasi muda. Tetapi dia tidak mau termakan oleh zaman. Terkubur oleh zaman modern yang banyak hiburan-hiburan. Omah bersama timnya menggodok segala cara bagaimana caranya supaya penonton lebih tertarik dengan kesenian tradisi ini. 

Agar bisa lebih diterima oleh khalayak, pelan-pelan Miss Tjitjih meninggalkan warna Sunda dalam pertunjukkannya. Bahasa Sunda yang dulu menjadi bahasa panggung, mulai dikurangi, karena Omah sadar anak-anak muda jarang yang bisa berbahasa Sunda. 

Malam itu saya sempat nonton pertunjukkan Sandiwara Miss Tjitjih dengan lakon “Nyai Dasima”. Setiap penonton mengisi daftar tamu dan diberi tiket gratis.  Namun gedung berkapasitas 500 orang itu tidak terlalu penuh. Beberapa anak bersliweran di sekitar bangku penonton. Suasana agak panas, karena beberapa AC gedung sudah mati. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Foto: Dok.Ceknricek.com

“Tinggal ke luar angin aja dari blower-nya,” kata Omah. 

Malam itu, pertunjukkan dibuka dengan tari-tarian tradisional Sunda yang menarik. Setelah itu cerita utama mulai berjalan. Nyai Dasima terlihat cantik dengan kebaya putih. Para pemain tampil total. Sayang suara mereka tidak terlalu jelas terdengar oleh penonton yang agak jauh. Beberapa buah mik yang digantung, tidak mampu menangkap suara mereka dengan baik.

“Saya sih kepingin tempat pementasan ini nyaman, tapi AC mati. Sudah beberapa kali diajukan, tapi katanya ada pergantian pengurus di PKJ TIM tapi belum ada hasil. Kan kasihan kalau penonton banyak, penonton panas. Karena gerah sedang enak-enak nonton dia pulang. Buat kita senimannya juga gimana gitu kalau penonton pulang,” keluh Omah. 

Sandiwara “Miss Tjitjih 1928”, Bertahan Dengan Segala Keterbatasan
Sumber: Istimewa

Gedung Miss Tjitjih di Kemayoran itu diresmikan ini Presiden Megawati tahun 2003. Pernah kebakaran, lalu dibangun lagi, meski agak masuk ke dalam.  

“Kita tetap ingin mempertahankan. Ini kan kebudayaan Indonesia, harus dipertahankan. Kalau bisa jangan sampe mati. Kalaupun nanti saya mati, Insya Allah ini tetap dilanjutkan oleh anak-anak saya,” kata Omah. 

BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini

#sandiwara kesenian misstjijih Opini
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.