Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • 8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan
  • Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba
  • Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan
  • Rantai Korupsi Tambang Nikel
  • Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini

Seikat Bunga dari Hardo

Opini November 19, 20235 Mins Read

Inmemoriam

Ceknricek.com–Sebuah kiriman bunga indah datang ke rumah saya. Pengirimannya: Redaksi  Suara Karya dan Hardo Sukoyo, redaktur budaya harian tersebut. Sebuah  karangan bunga yang cantik.

Malam sebelumnya saya baru saja dinyatakan sebagai “kritikus film” terbaik  dan memperoleh Piala  Mitra di Festival Film Indonesia. Itulah Piala pertama saya di ajang FFI.

Atas bantuan Hardo Sukoyo tulisan saya dimuat di harian Suara Karya. Itulah sebabnya redaksi Suara Karya  bersuka cita dan mengirim bunga kepada saya. Tentu  semua itu atas inisiatif Hardo.

Bunga dari Hardo Sukoyo

Selalu Membantu Teman

Dari peristiwa itu saya ingin menggarisbawahi, Hardo adalah seorang wartawan yang selalu membantu temannya dan memberikan apresiasi kepada prestasi temannya. Bunga itu salah satu buktinya.

Saya menjadi wartawan di akhir  kuliah saya di Fakultas Hukum UI. Kala itu saya baru mulai pula terjun ke bidang perfilman belum lama berkawan dengan Hardo. Sekitar tiga tahunan.  Saya, antara lain , sudah bekerja di majalah berita mingguan FOKUS.

Waktu itu untuk opini pribadi, saya diperbolehkan menulis di media manapun. Makanya, kendati saya bekerja di majalah FOKUS, saya menulis opini di hampir semua media di Jakarta, mulai dari Kompas, Sinar Harapan,  majalah Gadis  dan sebagainya, termasuk di harian Suara Karya.

Sejak itu saya terus  bersahabat dengan Hardo. Sebagai kawan,  Hardo senantiasa memberikan kesempatan kepada saya jika ada peluang untuk menambah pengetahuan atau pengalaman. Dia, misalnya, selalu mengajak saya untuk ikut pelatihan buat wartawan film.

Bung Hardo, demikian saya memanggilnya, memang lebih tua beberapa tahun dari saya, dan lebih dahulu menjadi pengurus Sie Film, Seni dan Budaya di PWI Jaya. Waktu itu PWI masih menjadi satu-satunya organisasi wartawan, sehingga sangat powerfull.

Kala itulah PWI Sie film mengadakan berbagai pendidikan dan pelatihan bagi wartawan termasuk wartawan film, musik dan seni lain. Disinilah Hardo mendorong saya untuk mengikuti semua pendidikan.

Sebagai sahabat yang lebih senior, Hardo tetap rendah hati. Setidaknya kepada saya. Hardo tidak pernah merasa harus malu untuk bertanya dan belajar mengenai  soal ilmu-ilmu sosial dan teori sosiologi film dari saya. Dia tahu sebagai lulusan fakultas hukum UI, saya  mendalam mempelajari sosiologi. Kemudian ditambah juga dengan sosiologi film.

“Wina kan anak sekolahan,” ujar Hardo setengah “meledek “ saya sekaligus memberi  pujian  dan menunjukan saya layak sebagai sumber rujukan dirinya.

Tak Malu Bertanya

Sedemikian semangatnya  dia mau belajar dari saya, sampai Hardo sering bertanya sedemikian detail.Hardo juga tak segan meminta saya menerangkan beberapa kalimat dalam tulisan saya. Tak sampai itu, jika dia pandang perlu, Hardo pun meminta kalimat itu dapat dikutip dalam tulisannya. Saya tentu saja dengan senang hati mengizinkannya.

Kritikus Film Dokumenter

Berkat ketekunannya belajar, akhirnya Hardo dua kali meraih kritikus terbaik FFI khusus untuk film dokumenter. Terakhir dia ikut pada lomba kritik film yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan (Pusbang) Perfilman Kemendikbud, empat tahun  silam dengan ketua panitia saya.

Sebagai  salah satu “embahnya” wartawan film, dia tidak merasa malu dan rendah diri ikut lomba kritik film yang pesertanya sebagian besar anak muda. Padahal jurinya “maut-maut.” Ada sutradara akademisi Nurman Hakim. Ada budayawan hebat, Remy Sylado dan sebagainya. Ternyata Hardo keluar sebagai pemenang.

Saya pun  beberapa kali menjadi Juri di FFI bersama Hardo. Sebagai anggota Juri dia selalu bersikap fleksibel, dalam arti mempunyai argumentasi sendiri yang tegas, tetapi tetap mau mendengar pendapat orang lain. Hardo pun  bersedia mengadopsi pendapat juri lain jika setelah melalui musyawarah Dewan Juri mufakat untuk menyetujui  pendapat yang berlainan dengan dia.

Pencetus AFI

Di dunia wartawan perfilman, Hardo dikenal memiliki beberapa gagasan cemerlang. Salah satunya dialah yang mencetuskan AFI atau Apresiasi Film Indonesia.  Gagasan ini muncul setelah FFI dianggap sebagai ajang kompetisi murni. 

AFI dicetuskan sebagai alternatif dari FFI.  Dalam AFI penghargaan diberikan  lebih kepada pendekatan apresiasi, bukan kompetisi murni. AFI pun beberapa kali diselenggarakan.  Namun kemudian karena dirasa ada yang ganda dan bersinggungan dengan FFI, AFI pun dihentikan.

Belakangan AFI ingin dihidupkan kembali. Namun beberapa kalangan film berkeberatan. Dimotori oleh Gunawan Paggaru, yang waktu itu belum menjadi ketua BPI, dalam berbagai diskusi soal ini, mereka menilai tidak boleh ada perbedaan seperti itu antara  AFI dengan FFI. Pagaru bersikeras AFI tidak layak dihidupkan kembali. Saya yang membantu Hardo soal ini, tak mau Pusbang Film menghadapi dilema. Maka gagasan mereborn kembali AFI pun tak jadi.

Ciri Khas Vespa

Hardo muda terkenal ganteng di antara para wartawan.  Naik kendaraan Vespa kemana-mana, kala itu Hardo nampak menonjol secara fisik. Banyak  kaum hawa yang jatuh hati padanya. Maklumlah tubuhnya tinggi besar dengan wajah yang saat itu menarik.Kendati sangat senior, tapi Hardo tak pernah jumawa. Dia mau bergaul dengan siapa saja secara setara.

Sewaktu saya menjadi anggota Dewan Pers dan menggagas berlakunya Standar Kompetensi Wartawan (SKW)  salah satu aturannya: wartawan yang sudah punya reputasi (nasional atau internasional)  dan sudah berusia 50 tahun ke atas, untuk periode tertentu, dapat diberikan langsung jenjang kompetensi wartawan utama. Contohnya Fikri Jufri, Jacob Otama, Sabar Siagian dan sebagainya.

Seharusnya Hardo Sukoyo termasuk dalam kelompok ini. Namun saya khilaf melupakan namanya. Kekhawatiran saya melakukan KKN dalam menunjuk wartawan senior yang dapat langsung memperoleh kompetensi utama, membuat saya khilaf terhadap nama Hardo. Sesuatu yang saya sesalkan.

Walhasil, Hardo luput memegang kompetensi wartawan utama. Ketika dia mau memangku jabatan pemimpin redaksi sebuah penerbitan milik Rusy Sanyoto, Hardo diminta mengurus kompetensi itu.

Hardo menghubungi saya. Saya langsung menghubungi ketua umum PWI yang saat itu dijabat oleh Atal Depari. Kebetulan dulu Atal junior Hardo di harian Suara Karya. Rupanya usul PWI untuk menetapkan Hardo Sukoyo menjadi pemegang kartu wartawan utama melalui jalur khusus mengalami kendala. Saya cek  di lapangan, dari pihak PWI menerangkan ada problem di Dewan Pers. Sedangkan dari pihak Dewan Pers mengaku, ada syarat-syarat yang belum dipenuhi PWI.

Belum jelas soal ini, Hardo sudah keburu sakit parah. Seminggu kemudian wartawan senior yang rendah hati ini meninggal dunia.

Hardo lahir di Yogyakarta 5 November 1947. Dia menghembuskan nafas terakhir Kamis 17 November 2023 di RS Duren Sawit pukul 10.45.

Selamat menghadap Sang Khalik sahabatku Hardo….*

#Wina Armada Sukardi, wartawan senior film, seni dan budaya. final

#hardosukoyo #inmemoriam #wartawan meninggaldunia
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp Email

Related Posts

Rantai Korupsi Tambang Nikel

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

Generasi Beta, Selamat Datang

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

8 Tempat Berburu Takjil di Jakarta Saat Ramadhan

Ceknricek.com — Menjelang waktu berbuka puasa, berburu takjil menjadi salah satu tradisi yang paling dinantikan selama…

Bareskrim Tangkap Direktur Persiba Balikpapan Terkait Kasus Narkoba

March 10, 2025

Dialog Ramadan Lintas Agama: Puasa sebagai Sarana Menahan Diri dan Membangun Kebersamaan

March 10, 2025

Rantai Korupsi Tambang Nikel

March 10, 2025

Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Singapura pada Mei 2025

March 10, 2025

Nikita Willy Bagikan Tips Tetap Bugar Saat Berpuasa

March 10, 2025

Hasil Liga Italia: Atalanta Permalukan Juventus 4-0

March 10, 2025

Ironi Dunia Penerbangan Indonesia

March 10, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.