Cekenricek.com — Sekira awal sebelum Masehi, manusia sudah mengenal alat penunjuk waktu lewat apa yang disebut jam sundial atau jam matahari. Rancangan jam ini didasarkan pergerakan matahari pada horison langit.

Evolusi jam berubah dengan ditemukannya jam pasir di dalam tabung kaca, bunyi lonceng gereja sebagai penanda aktivitas, hingga ditemukannya jam pendulum oleh Galileo yang belakangan disempurnakan Huygens pada abad ke-15.
Abad demi abad berlalu, teknologi jam berkembang dengan tingkat kerumitan tertentu. Pada abad ke-16, Ratu Elizabeth I dari Inggris mendapat hadiah “jam lengan” dari Robert Dudley yang kemudian bertransformasi sebagai hiasan mirip gelang di tangan perempuan dan jam saku bagi lelaki.
Meski begitu, jam saku akhirnya mulai ditinggalkan ketika Perang Dunia I mulai berkobar oleh banyaknya lelaki yang terjun menjadi tentara untuk mengkoordinasikan taktik dan strategi. Popularitas jam tangan di kalangan pria pun semakin naik.

Baca Juga: Sejarah Sistem Penanggalan Gregorian Masehi
Pada tahun 1923, John Harwood kemudian menciptakan jam tangan dengan automatic winding pertama, yang memudahkan pemakai sehingga tidak perlu melakukan winding pada jam secara manual terus-menerus. Jam tangan ini pun cukup populer selama beberapa abad.
Jam Elektrik Pertama
Pada 3 Januari 1957, tepat hari ini, 62 tahun yang lalu, ketika jam tangan bermesin elektrik yang diperkenalkan Hamilton Watch Company asal Lancaster, AS, (sekarang Swatch Group) banyak memberikan kontribusi bagi evolusi arloji di dunia yang dimulai dengan teknologi Wheel atau kumparan.

Jam elektrik ini pun disambut meriah oleh masyarakat luas karena tidak lagi harus memutar jam (pada jam kuno, untuk mengoperasikannya diperlukan kunci putar untuk memutar jam agar tetap beroperasi).
Namun, jam ini akan berhenti beroperasi ketika permukaan pengantar elektriknya (coil) berkarat. Hal ini pun cukup menjadi pekerjaan rumah bagi Hamilton hingga mekanisme jam tersebut terus ia diperbarui hingga tahun 1961.

Di sisi lain, Bulova juga mengembangkan teknologi jam yang menggunakan mekanisme getaran tuning fork/garpu tala (plat berbentuk “U”) untuk menjaga akurasi jam dan menuai kesuksesan lewat Accutron, yang pertama kali diperkenalkan pada 1960.
Accutron juga berhasil menyelesaikan masalah penghantar elektrik dengan diperkenalkannya transistor yang membuat jam bisa beroperasi lebih lama. Mereka akhirnya digandeng NASA untuk membuat jam penunjuk waktu pada peluncuran Mercury serta Apollo.
Persaingan Dagang
Keberhasilan Bulova hingga digandeng NASA tentunya membuat produsen lain merasa tersaingi. Para produsen jam kemudian berinisiatif membiayai sebuah penelitian di sebuah laboratorium bernama Center Electronique Horloger (CEH) –sekarang Centre Suisse d’Electronique et Microtechnique (CESM).
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Teka-Teki Silang Muncul dan Begitu Digemari Dunia
Penelitian di Swiss ini berfokus untuk menciptakan jam tangan dengan quartz sebagai pengatur akurasi jam. Sebelumnya, kristal quartz sudah dipakai pada jam berukuran besar, namun belum pada jam tangan. Selang beberapa tahun pada 1967, CEH akhirnya menciptakan prototipe jam tangan quartz yang pertama di dunia.

Meski demikian, perusahaan asal Jepang, Seiko-lah yang memunculkan Quartz-Astron sebagai jam tangan quartz pertama yang dijual secara komersial, meski awalnya penjualan jam tangan ini tidaklah mulus.
Selain karena harga awalnya yang mahal, desain permukaan belakang jam yang cembung membuat pemakainya merasa tidak nyaman, sehingga jam ini akhirnya ditarik dari pasar setelah diproduksi sekitar 100 buah.
Kemudian seiring dengan meningkatnya produksi jam tangan quartz, ditambah lagi dengan berbagai kelebihan quartz dibanding jam mekanikal biasa, teknologi quartz semakin dikenal dan pada 1970 makin banyak produsen jam di Jepang dan Amerika Serikat mengikuti langkah Seiko.
Pada era seperti ini mulai muncul juga jam tangan digital diawali dengan hadirnya Hamilton Pulsar. Industri jam tangan Swiss terkesan enggan untuk mengikuti tren quartz, sehingga akhirnya semakin tergerus oleh industri jam tangan quartz dan memunculkan suatu era yang disebut quartz revolution/quartz crisis.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Thomas Alva Edison Menemukan Fonograf
Pada akhirnya industri jam tangan Swiss kembali bangkit mulai 80-an akhir 90-an dengan munculnya Swatch serta naiknya popularitas jam mekanikal. Saat ini, meski jam tangan quartz tetap mendominasi populasi jam tangan yang beredar, geliat jam tangan mekanikal tetap terasa terutama pada segmen-segmen eksklusif.
Munculnya Jam Digital
Dengan semakin berkembangnya teknologi, para produsen jam tangan akhirnya memiliki solusi untuk mencapai margin keuntungan yang lebih baik: menambah fitur. Mulai tahun 1980-an hingga beberapa dekade ke depan dimulailah perkembangan jam tangan digital besar-besaran.
Seiko memproduksi TV Watch dan berbagai macam model lain. Bahkan pada periode ini jam tangan digital Seiko menjadi jam tangan yang dipakai dalam film-film James Bond. Perusahaan lain, Citizen akhirnya mengeluarkan jam digital dengan radio, voice memo dan fungsi chronograph.

Casio perusaahan lain asal Jepang juga mengeluarkan model-model yang bisa digunakan untuk memainkan game, mendeteksi suhu, memiliki built-in GPS, menerjemahkan kata-kata bahasa Jepang ke bahasa Inggris, memiliki kamera dan lain-lain, termasuk juga mulai 1983 dirilis salah satu keluarga jam tangan digital paling ikonik sepanjang masa: G-Shock.
Dari Amerika pun muncul merek Timex dengan line-up jam digitalnya terutama Datalink yang dapat disambungkan ke komputer. Perkembangan jam tangan digital di era seperti ini tentu terus berjalan dan tidak terhenti, hingga saat ini kita melihat satu bentuk hasil perkembangan jam digital yang paling fenomenal saat ini: smartwatch.
Tentunya ke depan akan semakin banyak hal-hal yang semakin ditingkatkan dan berbagai macam fitur-fitur menarik yang akan kita lihat, baik dari jam digital tradisional maupun smartwatch, bahkan bukan tidak mungkin batasan antar keduanya semakin kabur seiring perkembangan teknologi.
BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini