Ceknricek.com — Tepat pada tanggal hari ini, 71 tahun silam, 9 September 1948, Pekan Olahraga Nasioanal (PON) I, dilaksanakan di Surakarta.
Hajatan besar olahraga untuk kali pertama ini adalah upaya politis Indonesia sebagai negara berdaulat setelah gagal mengikuti Olimpiade di London.
PON di Tengah Kecamuk Perang
Pada masa revolusi dan di tengah kecamuk perang, Indonesia tidak gentar menyelenggarakan pesta olahraga besar-besaran di Surakarta. Pekan Olahraga Nasioanal (PON) I digelar dalam suasana tegang. Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan antusiasme warga Surakarta untuk menyaksikan pembukaanya yang digelar di Stadion Sriwedari itu.

Penyelenggaraan PON saat itu mengandung sifat politis terhadap Belanda, yang intinya memberikan pesan bahwa Indonesia adalah negara berdaulat. Pesan ini turut di sampaikan Presiden Soekarno dalam pidato pembukannya di hadapan tamu-tamu penting.
Baca Juga: Mike Tyson, Jatuh Bangun Surut Karier Si Leher Beton
“Pertama-tama mengucap syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala bahwa PON berlangsung di alam merdeka bebas. Kemudian menyatakan perasaan bangga atas ikut serta pahlawan-pahlawan dari daerah-daerah pendudukan. Pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi datang di Solo ini tidak untuk berolahraga saja, tapi terutama untuk menunjukkan semangat kemerdekaan yang menyala-nyala,” ujar Presiden Sukarno sebagaimana dikutip Merdeka 10 September 1948.

Usai pidato, pesta pembukaan pun dimulai dengan 13 kali dentuman meriam yang ditembakkan ke udara. Warga yang hadir dan ikut menyemarakkan suasana juga dihibur dengan senam pencak silat serta hiburan yang lain. Momen bersejarah ini kemudian akan diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional yang jatuh setiap tanggal 9 September.
PORI dan Persiapan Olimpiade
Dua tahun sebelum PON pertama digelar, kongres olahraga yang pertama di masa kemerdekaan dihelat di Solo pada 1946. Dari kongres tersebut terbentuklah Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) yang bertujuan agar Indonesia dapat ikut Olimpiade.
Upaya serius pemerintah Indonesia ini dilanjutkan dengan membentuk Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh Sri Sultan Hemengkubuwono IX. Sayang, status PORI pada waktu itu belum menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC).
Baca Juga: Sejarah Bola Voli dan Perkembangannya
Lain dari itu, Indonesia belum memenuhi satu syarat lainnya: terdaftar sebagai anggota PBB. Pengakuan internasional atas kedaulatan Indonesia pun masih minim, sehingga tipis harapan bisa berkompetisi di Olimpiade Musim Panas XIV di London.

Meski demikian, Indonesia mendapat undangan dari IOC untuk melakukan observer atau peninjau untuk berangkat ke London, hingga dibentuklah delegasi yang terdiri dari Sultan Hamengkubuwono IX, Letkol Azis Saleh (wakil ketua bagian atletik PORI), dan Mayor Maladi (ketua bagian sepakbola PORI).
Namun, lagi-lagi status Indonesia dalam dunia Internasional juga belum jelas karena pengaruh Belanda. Keberangkatan delegasi terganjal karena diharuskan menggunakan paspor Belanda. Mereka kemudian memilih untuk tidak berangkat daripada harus menggunakan paspor Belanda.
Dikutip dari Tirto, Sorip Harahap dalam bukunya, Pekan Olahraga Nasional I-X: Sejarah Ringkas dan Perkembangannya (1985) menyebutkan bahwa masalah ini kelak dibahas dalam konferensi darurat PORI pada Mei 1948 di kediaman Soerio Hamidjojo.
Dalam sebuah konferensi yang diadakan di Solo, Menteri Pembangunan dan Pemuda Wikana, dan Menteri Pengajaran dan Kebudayaan Ali Satromidjojo memutuskan bahwa PORI akan mengadakan PON di Surakarta antara bulan Agustus dan September tahun itu juga.
Sorip Harahap menulis dalam buku tersebut, “Ditilik dari penyediaan sarana olahraga, Solo dapat memenuhi persyaratan pokok, dengan adanya stadion Sriwedari serta kolam renang, dengan catatan Sriwedari pada masa itu, termasuk yang terbaik di Indonesia..” — (hlm;2)”
Berlangsung Lancar
Akhirnya hari itu pun tiba. Kota Solo atau Surakarta kemudian bersolek karena terpilih menjadi tempat penyelenggara acara akbar tersebut. Lewat persiapan yang hanya sebentar dan dengan dana terbatas PON pun dilaksanakan.
Pekan Olahraga Nasional (PON) dimeriahkan dengan pertandingan sembilan cabang olahraga, seperti atletik, bola keranjang, bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang, panahan, bola basket, dan pencak silat.
Baca Juga: Rocky Marciano: Si rahang Besi dari AS

Pada 12 September 1948, sesuai jadwal yang ditetapkan, PON pertama resmi berakhir dengan hasil Surakarta sebagai tuan rumah mendapatkan tempat satu dengan perolehan 36 medali. Posisi kedua adalah Yogyakarta dengan 23 medali, dan disusul Kediri sebanyak 12 medali.
Secara umum, acara tersebut berlangsung aman dan tertib meskipun terjadi insiden-insiden kecil di tengah pertandingan. Penonton pun antusias menyaksikan pesta olahraga pertama di Indonesia itu. Sekitar 40.000 penonton setia menyaksikan pertandingan. Mereka datang dari Surakarta dan beberapa daerah lain.
BACA JUGA: Cek AKTIVITAS KEPALA DAERAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini