Ceknricek.com — Hari ini, 97 tahun yang lalu, tepatnya pada 26 November 1922, dua orang arkeolog Inggris, Howard Carter dan Lord Carnarvon berhasil menemukan makam Raja Mesir, Firaun. Keduanya pun menjadi orang pertama yang berhasil memasuki makam Raja Tutankhamun setelah lebih dari 3.000 tahun di sebuah tempat bernama lembah para raja.
Tahun 1914, seorang bangsawan Inggris bernama Lord Carnarvon, yang memiliki minat terhadap ilmu-ilmu Mesir kuno menjadi sponsor utama untuk ekskavasi makam raja-raja di Thebes (Luxor). Ekskavasi ini dilakukan oleh seorang seniman sekaligus arkeolog bernama Howard Carter.
Carter adalah seorang arkeolog brilian. Pada masa tahun-tahun pertama abad ke-20, dirinya berhasil menemukan makam Ratu Hatshepsut dan Raja Thutmose IV. Dari sinilah Ia kemudian dilirik oleh pengusaha kaya asal Inggris tersebut untuk meneliti makam para raja di Mesir .
Pada saat bersamaan, Perang Dunia I pecah dan melanda Eropa, maka penggalian pun dihentikan terlebih dahulu dan dilanjutkan tiga tahun kemudian pada 1917. Namun, dari hasil ini, Lord Carnarvon merasa tidak puas karena ekskavasi selama bertahun-tahun itu tidak menemukan hasil yang memadai.
Baca Juga: Arkeolog Resmikan Makam Besar Raja-Raja Mesir Kuno di Tepi Barat Sungai Nil
Dari sinilah Ia kemudian memberitahu Carter, bahwa dana untuk melakukan ekskavasi hanya diberikan kepadanya dalam satu musim lagi pada tahun 1922. Maka bekerja keraslah Howard Carter bersama timnya untuk menemukan makam tersebut yang disinyalir juga memiliki banyak harta karun di dalamnya.
Dilansir dari National Geographic, setelah melakukan kerja keras, pada 04 November 1922, kelompok penggalian Carter akhirnya menemukan sebuah tangga menuju makam Tutankhamun. Ia pun segera membersihkan puing-puing bagian atas pintu yang disegel dengan plester dan segel necropolis. Ia pun segera memberitahukannya pada Lord Carnarvon.
“Akhirnya, kita telah membuat penemuan luar biasa di sebuah lembah dengan makam megah dan segelnya yang masih utuh,” ujar Carnarvon, lalu segera bergegas ke Mesir.
Pada 26 November 1922, bersama Lord Carnarvon, putrinya dan beberapa orang lain, Carter kemudian membuat sebuah lubang kecil hingga Ia melongok ke dalam ruangan setelah Ia menyalakan lilin untuk menyinari ruangan sempit tersebut.
Setakat ketika matanya terbiasa dengan gelap dari luar Ia mendengar Carnarvon bertanya, “Bisakah kau melihat sesuatu?” “Ya,” jawab Carter. “Hal-hal indah. Hal-hal indah!”
Baca Juga: Mengenang Anwar Sadat: Presiden Pemberani dari Mesir
Dari penemuan makam bersama harta karun yang mana juga ditemukan patung, perabotan, pakaian, kereta, senjata, topeng emas dan benda-benda lainnya kelak memberi informasi penting mengenai kebudayaan Mesir kuno dan baru yang sebelumnya seringkali hilang karena dicuri oleh penggali ilegal dan dirampok.
Di dalam peti mati Raja Tutankhamun muda itu juga terdapat koleksi benda yang tak ternilai harganya, termasuk peti mati emas yang berisi mumi raja-raja tersebut. Sebagian besar harta ini sekarang disimpan di Museum Kairo.
Rumor Kutukan Pasca Penemuan
Beberapa bulan setelah penemuan yang menggemparkan dunia itu, Lord Carnarvon meninggal dunia di Hotel Continental-Savoy, Kairo, Mesir. Kematiannya pun menjadi bahan spekulasi, termasuk kisah “Kutukan Tutankhamun” atau Kutukan Firaun terhadapnya.
Walaupun demikian, kematiannya kemungkinan disebabkan bakteremia akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi bakteri erisipelas. Sementara itu, Howard Carter tetap bertahan hidup hingga enam belas tahun kemudian.
Baca Juga: Mumi Berumur 2.500 Tahun Ditemukan di Situs Makam Terlantar di Mesir
Meski demikian, setelah penemuan sensasional tersebut, Howard Carter pensiun dari arkeologi dan menjadi agen paruh waktu untuk kolektor dan museum, termasuk Cleveland Museum of Art dan Detroit Institute of Arts.
Tahun 1924, Carter mengunjungi Amerika Serikat dan memberikan serangkaian kuliah di berbagai kota. Ia meninggal beberapa dekade kemudian karena penyakit Limfoma, sejenis kanker, di Kensington, London pada 02 Maret 1939 di usianya yang ke-64 tahun.
Kematian arkeolog ini terjadi lama setelah pembukaan makam. Hal ini pun cukup membuktikan bahwa kutukan Firaun, yang menyebutkan bahwa pihak yang memasuki makam Firaun di Mesir akan tertimpa sial, sakit, bahkan mati, ternyata tidaklah terbukti.
Makam Tuthankhamun Kini
Tahun 2009, situs pemakaman Raja Tutankhamun direstorasi oleh Getty Conservation Institute, yang bekerja sama dengan Kementerian Purbakala Mesir untuk mengembalikan keindahan makam tersebut. Upaya ini sekaligus melestarikan hidupnya dari bahaya di masa mendatang.
Pasalnya ini dilakukan karena situs yang banyak menarik minat wisatawan itu juga mengalami kerusakan akibat kunjungan turis di mana partikel debu, langkah kaki yang berat, hingga alat shooting menggoyahkan dinding dan lantai makam yang mulai rapuh.
Kini, setelah lebih dari satu dekade berlalu, debu-debu pada makam berusia lebih dari tiga abad itu pun sudah dibersihkan. Beberapa penghalang sudah dipasang untuk membatasi akses pengunjung sehingga tidak merusak makam.
Lain dari itu, sistem ventilasi dan filtrasi juga sudah ada untuk membatasi tingkat kelembapan dan debu yang mungkin dapat merusak makam berharga itu di masa depan.
BACA JUGA: Cek BUKU & LITERATUR, BeritaTerkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.