Ceknricek.com — “Jacatra mempunyai duri di kakinya, aku harus berusaha keras mencabutnya agar tubuhku tidak terancam”, ungkap Sultan Agung. “Duri ini adalah benteng orang Belanda..”
Ucapan Sultan Agung, Penguasa Mataram di dalam surat Martin Pring, pucuk komando angkatan laut untuk VOC pada Maret 1619 itu memang mengisyaratkan kehadiran Belanda dalam menghambat ambisinya untuk menguasai seluruh Jawa.
Hingga tepat hari ini 391 tahun silam, 27 Agustus 1628, pasukan Mataram yang dipimpin oleh Bupati Kendal, Tumenggung Bahureksa tiba di Batavia. Namun, karena minimnya perbekalan, senjata dan strategi yang buruk, mereka gagal menguasai Batavia.
Pengepungan Mataram
Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1618, satu windu sebelumnya ia telah menandatangani kontrak antara Belanda dengan Pangeran Jayakarta yang mengizinkan VOC untuk membangun gudang dan benteng di tepi timur kali Ciliwung.
Keputusan Coen membangun markas besar di Jacatra dirasa cukup tepat, kerena pelabuhan lainnya seperti Malaka sudah dikuasai Portugis. Sedangkan Banten yang merupakan pelabuhan terbesar di Jawa Barat, sudah dikendalikan oleh penguasa yang mencurigai orang-orang Belanda dan Inggris.
Di dekade yang sama, hubungan antara Belanda, Inggris, dan Jawa Barat sudah sangat buruk. Mereka semua terlibat dalam persaingan dagang rempah-rempah. Namun, mereka memiliki musuh yang lebih berbahaya, yakni Sultan Agung dari Mataram.
Pada Agustus 1628, panglima tertinggi armada Mataram Tumenggung Bahureksa dengan 60 kapal serta 10.000 prajurit kemudian melancarkan serangan ke benteng-benteng Batavia serta membuat kota tersebut kekurangan air dengan membendung kali.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Kantor Pos di Hindia Belanda Berdiri
Awak-awak kapal pada waktu itu juga mulai menyeberangi air dengan berjalan kaki dan menggabungkan diri dengan teman-temannya. Mereka maju terus sampai ke balik tembok benteng hingga terjadi pertempuran sampai pagi hari.
Upaya pertama Mataram menguasai Batavia ini gagal, kerena komandannya gagal dalam mengatur perbekalan yang memadai, strategi dan kurangnya persenjataan. Susan Blackburn, dalam bukunya Jakarta Sejarah 400 Tahun, menuliskan komandan perang malah mengeksekusi 700 anak buahnya sebagai hukuman.
Batavia Kota Tahi
Mendengar kegagalan penyerangannya yang pertama, Sultan Agung berang dan memutuskan mengirimkan pasukannya yang lebih besar untuk mengepung Batavia pada 1629.
Pada malam hari setelah pertempuran sengit antara prajurit Mataram dengan pihak Belanda dengan dikepungnya Bastion, tentara Belanda kemudian mulai kehabisan amunisi.

Kala itu pertahanan Belanda dipimpin oleh Sersan asal Jerman, Hans Madelijn, yang lewat ide sinting dan sikap keputusasaannya—karena telah dikepung selama sebulan oleh Mataram dan mulai kehabisan amunisi–akhirnya menyuruh anak buahnya untuk membawa sekeranjang penuh tinja.
Dengan segala rasa putus asa, Belanda kemudian melemparkan tinja ke tubuh-tubuh serdadu Jawa yang sedang merayapi menara benteng pertahanan. Sekejap mata, serdadu Jawa itu pun mundur karena jijik dan merasa sangat bau karena “amunisi” baru pihak Belanda itu.
Sejarawan Adolf Heuken dalam Historical Sites of Jakarta, mencatat, “saat mereka diserang oleh peluru jenis baru ini, orang-orang Jawa itu langsung melarikan diri sambil berteriak jengkel, “O, seytang orang Hollanda de bakkalay samma tay (Oh, Belanda setan, kalian berkelahi pakai tahi!)”.

Lantaran untuk kali keduanya Batavia gagal direbut oleh prajurit Mataram dan dikalahkan oleh cara bertahan yang konyol serta tidak biasa dari pihak Belanda ini, mereka kemudian menjuluki Batavia sebagai Kota Tahi, baik sebagai bagian dari umpatan ataupun merujuk pada peristiwa yang mereka alami di benteng Belanda.
Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles (1781-1826) dalam bukunya, History of Java, menulis bahwa julukan tersebut masih digunakan oleh orang-orang Jawa setidaknya sampai awal abad ke-19. Kini, benteng dan tempat yang dulunya dijuluki sebagai Kota tahi itu sekarang telah menjadi pusat perbelanjaan Glodok di daerah Jakarta Utara.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.