Sketsa Serba-Serbi Sholat Subuh (4)
Ceknricek.com–BUNYI alarm jam di subuh itu membangunkan kita. Begitu mata terbuka, ternyata tak semudah niat tadi malam mau sholat subuh di masjid. Rasanya, tidur malam baru saja, kok sudah subuh lagi. Mata masih terasa berat buat terbuka seluruhnya. Badan masih belum kuat untuk bangkit.
Demikianlah, ketika kita mau atau berniat sholat subuh di masjid, seringkali tiba-tiba ada “berjuta” alasan yang menjadi “justifikasi” atau “pembenaran” yang dapat kita pakai untuk penghalang kita ke masjid.
Alasan-alasan itu seakan-akan semuanya masuk akal. Alasan yang dapat kita percaya. Alasan yang dapat mengalahkan niat kita sebelumnya untuk sholat subuh di masjid. Situasi dan kondisi yang sepintas dapat diterima.
Bayangkan, hari masih subuh. Kita sedang tidur nyenyak-nyenyaknya. Tapi kita bukan saja harus bangun, melainkan juga harus ambil wudhu atau air sembahyang. Sudah itu masih pula harus berangkat ke masjid. Dari masjid juga masih harus balik lagi pulang ke rumah. Betapa malasnya untuk melakukan semua itu, meski semalam atau sebelum sudah berjanji pada diri sendiri. Sudah niat. Tiba pada kenyataan harus bangun dan berangkat sholat subuh di masjid, rupanya bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan.
Pada saat-saat seperti, “berjuta”alasan yang seakan menjadi “pembenar” kita jadi boleh tidak sholat subuh ke masjid. Alasan-alasan yang membuat kita maklum, dan terhindari rasa bersalah tidak sholat subuh di masjid.
Pertama-tama, biasanya, kita punya alasan tubuh tengah capai. Sedang letih. Kemarin kita sudah bekerja atau pergi menguras banyak tenaga. Jadi subuh ini tubuh ini masih belum fit. Masih memerlukan tambahan istirahat atau tidur sebentar lagi saja. Jadi, sementara nggak apa-apalah subuh ini nggak pergi sholat ke masjid dulu. Nanti 30 menit atau sejam lagi juga dapat sholat subuh di rumah.
Alasan berikutnya, kita masih ngantuk. Tadi malam tidur sampai larut malam. Maka sekarang masih ngantuk. Kalo ngantuk-ngantuk ke masjid sholat subuh di sana, nanti tidak bisa konsentrasi. Sholat subuhnya nanti bakalan tidak khusuk. Belum lagi jika dipaksakan, bisa-bisa kondisi nggak bagus. Pekerjaan dapat terganggu. Walhasil malah pekerjaan jadi kacau. Maka hari ini percuma saja sholat subuh di masjid. Nanti sajalah kalau badan sedang fresh, fit dan tidak ngantuk lagi sholat subuh di masjidnya. Mungkin besok atau lusa bolehlah sholat subuh di masjid.
Alasan lain yang masuk akal, kita merasa badan kita agak sakit. Bisa sakit apapun. Mulai cuma sekedar pegal-pegal sampai agak flu dan kepala pusing. Jika sakit kan boleh dong tidak sholat di masjid. Cukup di rumah saja, bahkan boleh tidak sholat. Tuhan pun paham, kalau kita sedang sakit dapat pengecualiaan boleh tidak sholat, apalagi sholat subuh di masjid.
Kerap juga muncul alasan, kita harus menemani atau mengawasi anak dan atau cucu yang masih kecil dan saat itu sedang tidur. Kalau tidak kita temani,atau awasi, nanti jika pas anak dan atau cucu terbangun, dia dapat menangis. Bahkan bisa membahayakan kalau mengambil benda-benda tajam atau main air dan atau jatuh dari tangga. Tapi kalau ada Ayahnya atau kakeknya kan dapat dijaga agar mereka tidak melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. Dengan kata lain, dengan diawasi dan dijaga , mereka aman. Kan menjaga atau mengawasi anak-anak sebagai anak atau cucu juga penting. Jadi sementara ditunda dulu sholat subuh di masjid.
Cuaca juga dapat jadi salah alasan pembenar yang kuat. Misal udara sedikit gelap atau rada mendung, langsung dijadikan alasan untuk tidak sholat subuh di masjid. Alasannya, nanti pas di jalan kehujanan gimana? Bukan saja nanti bisa sakit, sholatnya pun akhirnya juga nggak jadi. Lebih baik sementara sholat subuh di rumah dululah. Besok, lusa kalau cuaca bagus barulah enak berangkat ke masjid.
Dan masih ada “berjuta” alasan lain untuk tidak berangkat sholat subuh ke masjid. Jangankan buat yang tidak pernah atawa jarang sholat subuh di masjid, bagi jamaah sholat subuh yang sudah jelas dan terbukti rutin sholat subuh di masjid saja, “godaan” seperti itu masih kerap muncul dengan kuat.
Memang untuk sholat subuh di masjid perlu mental kuat. Perlu tekad utuh. Tak bisa kalau cuma setengah hati. Hanya mereka yang sejak awal memiliki keyakinan sholat subuh di masjid bukan sekedar memenuhi sholat berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding dengan sholat sendiri, tapi merupakan pembuktian terhadap kecintaan kepada Allah. Juga bukti terhadap ketaatan dan kepatuhan kita terhadap Sang Maha Pencipta.
Kewajiban sholat subuh di masjid sudah mendarah daging. Sudah internalized -bahasa teks booknya. Dengan sholat subuh di masjid secara tidak langsung telah menjadi simbol, sebelum melakukan kegiatan apapun, kita melapor dan minta izin kepada Allah. Posisi Allah dalam konteks ini di tempatkan sebagai prioritas utama di atas prioritas lainnya. Sebelum pada hari itu kita melaksanakan kegiatan lain, kepada Allah dahulu kita menghadap, menyerahkan diri dan mohon bimbingan serta tuntutan. Bagi jamaah sholat subuh di masjid, Allah adalah segalanya.
Maka segala macam “godaan” yang menghampiri para jamaah sholat subuh di masjid pada umumnya dapat langsung ditampik. Disingkirkan.
Sebaliknya bagi yang jarang sholat subuh di masjid,”godaan” tersebut justru menjadi alasan yang menggiurkan, yang masuk akal dan jadi alasan “pembenar” yang kuat. Padahal itu adalah sebuah “jebakan,” yang manis dan nampak dapat diterima. Sebuah prinsip ajakan agar kita tak usah sholat subuh di masjid.
Kitalah yang memilih. Kitalah yang memutuskan. Tentu dengan segala resikonya.
T a b i k. *
Bersambung….
WINA ARMADA SUKARDI, wartawan dan advokat senior serta anggota Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase/opini pribadi yang tidak mewakili organisasi.