Ceknricek.com – Bukan hal yang aneh jika sekarang lebih sering mendengar kalimat Gen Z dibandingkan dengan Gen Milenial.
Sebagai gambaran singkat, Generasi Milenial atau Generasi Y tersebut merupakan golongan manusia yang memiliki tahun kelahiran diatas tahun 1980-an hingga 1997. Mereka di sebut sebagai Generasi Milenial karena satu-satunya generasi yang pernah melewati era millennium kedua sejak teori generasi untuk pertama kali nya di sampaikan oleh Karl Mannheim pada 1923.
Berdasarkan teori yang berjudul :The Problem of Generation” kini para soliolog yang bias Amerika Serikat membagi manusia menjadi beberapa golongan generasi:
- Generasi Era Depresi
- Generasi Perang Dunia II
- Generasi Pacsca-PD II
- Generasi Baby Boomer
- Generasi Baby Boomer II
- Generasi X
- Generasi Y
- Generasi Z
Hal tersebut dibuat berdasarkan rentang tahun kelahiran. Namun dalam pembagian rentang tahun yang di definisikan oleh beberapa pakar tersebut masih berbeda-beda.
Sebenarnya apa yang membedakan Gen Z dengan Milenial ?, sebagai dasarnya Generasi Milenial merupakan generasi yang “membentuk” sedangkan pada Gen Z merupakan generasi “dibentuk”
Gen Z memiliki karakter daily multitasker dimana dalam melakukan kegiatan para Gen Z bisa melakukan banyak aktivitas lebih dari satu jenis. Sebagai contohnya ketika kita bermain gadget bukan hanya focus pada satu aplikasi, Gen Z memiliki sifat yang lebih aktif dalam beberapa kegiatan, dengan cara seperti itu bisa dibilang kita tuh udah “dibentuk” oleh teknologi yang ada.
Dari cara prilaku dan tindakan social Gen Z berbeda dengan generasi Milenial. Gen Z memiliki ruang lingkup yang lebih luas dan Global, walaupun bisa dibilang para generasi Milenial sedikit lebih sibuk dari Gen Z.
Kedekatan Gen Z terhadap perkembangan teknologi membuktikan bahwa di beberapa tahu kedepan mereka bisa membuat perkembangan yang luar biasa di berbagai sector. Dari segi ekonomi, menurut survei Nielsen, Generasi Z sudah memengaruhi perputaran ekonomi dunia sebagai 62 persen konsumen pembeli produk elektronik. Ini dipengaruhi oleh kehidupan mereka yang sudah serba terkoneksi dengan internet.
Lalu, bagaimana Gen Z dalam memandang keberagaman dalam beragama dan bernegara ?
Seperti yang dikutip dari Vemale.com, Baru-baru ini PPIM UIN Jakarta membuat survey tentang Generasi Z. Dalam satu hari Generasi Z mengakses internet 3-5 ham per hari, 61% Generasi Z mengakses internet untuk bermain game dan 90% mengaksesnya melalui ponsel.
Lalu berdasarkan survey yang dilakukan PPIM UIN Jakarta, dengan kemudahan akses internet membuat Generasi Z memiliki banyak relasi, tidak hanya di dunia nyata tapi juga di dunia maya. Seharusnya dengan semakin mudahnya terhubung dengan dunia luar, Generasi Z lebih berpikiran terbuka. Sayangnya, dari hasil survey PPIM UIN Jakarta yang dimulai 1 September – 7 Oktober 2017, kepada 2.181 orang muslim yang terdiri dari 1.522 siswa, 337 mahasiswa, 264 guru yang tersebar di 34 provinsi, 68 kabupaten dan kota di Indonesia hasilnya cukup menyedihkan.
Dari hasil survey tersebut didapat sepertiga dari Generasi Z setuju jika Jihad adalah perang, 1 dari 5 siswa setuju bahwa bom bunuh diri adalah jihad, sepertiga Generasi Z setuju jika orang yang murtad tidak masalah dibunuh, dan sepertiga Generasi Z setuju jika perbuatan intoleran kepada minoritas tidak masalah. Masih dari hasil survey PPIM UIN Jakarta, mengatakan sumber rujukan Generasi Z adalah 50,89% berasal dari media sosial. Hasil Survey ini juga mengungkapkan 49% guru dan dosen tidak setuju jika pemerintah melindungi kelompok yang dianggap menyimpang. 86,55% guru dan dosen setuju pemerintah melarang keberadaan kelompok yang dianggap menyimpang.
“Generasi Z adalah generasi paling berpengaruh, unik, dan beragam dari yang pernah ada,” kata Blakley dalam wawancaranya dengan Forbes.
Dengan kondisi seperti ini bukan tidak mungkin Gen Z bisa jauh melampui kemampuan dari generasi sebelumnya. Ketika generasi Milenial sudah menua, kini saatnya Gen Z tumbuh jauh lebih dewasa.
Terimakasih Milenial dan Selamat datang Gen Z.