Ceknricek.com — Dunia seni rupa Indonesia kembali berduka. Maestro lukis Jeihan Sukmantoro, tutup usia pada Jumat (29/11) pukul 18.15 WIB di studio lukis pribadinya di daerah Padasuka, Bandung.
Putra sulung Jeihan, Atasi Amin (51), mengatakan ayahnya meninggal pada umur 81 tahun, serta meninggalkan enam anak dan 11 cucu.
“Dari dua hari yang lalu bapak sudah seperti yang tidak ada kesadaran,” kata Atasi.
Sejak Rabu (27/11), Jeihan sudah dipulangkan setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Santo Borromeus Kota Bandung.
Ia mengatakan ayahnya dipulangkan dari rumah sakit karena perawatan sudah tidak berjalan efektif.

Baca Juga: Sakit Kanker, Seniman Jeihan Dirawat di RS Borromeus Bandung
“Tubuhnya sudah menolak infusan, sudah sulit untuk menerima pertolongan medis, asupan makan juga sulit,” tambah Atasi.
Atasi juga menerangkan penyakit yang diidap ayahnya. Sejak akhir 2018 maestro tersebut mengidap kanker getah bening dan sempat menjalani pengobatan di Kuala Lumpur, Malaysia.

“Penyakit itu sudah terdeteksi dari 2016, setelah itu kankernya menjalar ke mana-mana, bagian tubuh lain,” katanya.
Sebelumnya, pada Juli 2019, Jeihan masih dapat berkomunikasi dengan baik saat menjalani perawatan di rumah sakit. Meski dalam kondisi yang lemah, ucapnya, Jeihan masih bisa melukis wajah seseorang yang mengunjunginya.
Baca Juga: Pameran 30 Lukisan “Mata Hitam” Jeihan Sukmantoro

Jeihan Sukmantoro atau yang lebih dikenal dengan nama Jeihan merupakan pelukis kenamaan di Indonesia. Ciri khas dari objek lukisannya adalah mata yang hitam kelam. Salah satu karyanya yang diberi judul “Satrio Piningit” dipamerkan di Museum Jakarta pada 2014.
Jeihan mendirikan Studio Seni Rupa Bandung pada 1978, yang menjadi tempat pengembangan kreativitas kaum muda untuk berkreasi dan mandiri. Dia juga banyak meraih penghargaan, antara lain Perintis Seni Rupa Jawa Barat 2006 dan Penghargaan Anugerah Budaya Kota Bandung 2009.
BACA JUGA: Cek BIOGRAFI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini