Ceknricek.com — Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) mengungkap penyelundupan mobil dan motor mewah. Pengungkapan kasus tersebut dilakukan bersama dengan Kepolisian Republik Indonesia,TNI, dan Kejaksaan. Sepanjang tahun 2016 hingga 2019, DJBC membongkar tujuh kasus penyelundupan mobil dan motor mewah melalui pelabuhan Tanjung Priok.
Dalam kurun waktu tersebut sebanyak 19 mobil mewah dan 35 motor/rangka motor/mesin motor mewah berbagai merek telah diamankan oleh Bea Cukai Tanjung Priok. Perkiraan total nilai barang kurang lebih Rp21 miliar dan potensi kerugian negara sekitar Rp48 miliar.
“Seperti terlihat di depan itu sebagian dari contoh-contoh motor yang diselundupkan menggunakan kontainer masuk melalui Tanjung Priok. Di Tanjung Priok sampai hari ini jumlah mobil mewah yang diselundupkan 19 dengan jumlah motor mewah 35 unit,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam keterangan pers seperti dilansir Antara, di Jakarta, Selasa (17/12).

Menkeu mengungkapkan modus yang digunakan dalam kasus penyelundupan kali ini adalah dengan memberitahukan barang tidak sesuai dengan isi sebenarnya, seperti batu bata tahan api (refractory bricks), tangga (telescopic ladder), suku cadang mobil, aksesori, dan perkakas.
Baca Juga: Pro Kontra Penyitaan Mobil Mewah Bodong oleh Polda Jatim
“Berdasarkan informasi masyarakat yang ditindaklanjuti dengan proses analisis terhadap inward manifest dicurigai adanya pemberitahuan yang tidak benar karena terdapat keanomalian antara netto weight barang dengan jenis barang yang diberitahukan. Untuk memastikan jenis barang yang sebenarnya, petugas melakukan hi-co scan kontainer dan mendapati citra yang menunjukkan barang yang diimpor berupa kendaraan roda empat. Untuk selanjutnya petugas melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh,” ujar Sri Mulyani.
Tujuh Perusahaan
Penyelundupan itu dilakukan oleh tujuh perusahaan dengan memberitahukan informasi barang dalam dokumen sebagai batu bata, suku cadang mobil, aksesoris, dan perkakas.
Tujuh perusahaan tersebut adalah PT SLK, PT TJI, PT NILD, PT MPMP, PT IRS, PT TNA, dan PT TSP yang mengimpor mobil dan motor mewah dari Singapura dan Jepang.
Kasus penyelundupan dengan manifes tanggal 29 September 2019 dilakukan oleh PT SLK berupa mobil Porsche GT3RS dan Alfa Romeo dari Singapura dengan total nilai barang Rp2,9 miliar dan potensi kerugian negara mencapai Rp6,8 miliar.
Pemberitahuan terkait barang tersebut hanya dinyatakan sebagai refractory bricks dan hingga saat ini barang yang diimpor masih terus diteliti secara mendalam oleh Ditjen Bea Cukai.
Kasus penyelundupan dengan manifes tanggal 29 Juli 2019 dilakukan oleh PT TJI berupa Mercedes Benz, BMW tipe CI330 model GH-AU30, BMW tipe CI330 Series E46, Jeep TJ MPV, mobil Toyota Supra, mobil Jimny, delapan rangka motor, delapan mesin motor, dan motor Honda Motocompo dari Jepang.
Total nilai barang Rp1,07 miliar dengan potensi kerugian negara dari kasus ini mencapai Rp1,7 miliar sebab dokumen barang yang diimpor hanya dinyatakan sebagai front bumper assy, rear bumper, door assy, dashboard assy, dan engine hood. “Berkas perkara atas kasus ini telah lengkap dan seorang berinisial SS telah ditetapkan sebagai tersangka,” ujar Menkeu Sri Mulyani.

Kasus penyelundupan dengan manifes tanggal 21 Desember 2018 dilakukan oleh PT NILD berupa mobil Ferrari Dino 308 GT4, Porsche Carrera 2 dan motor BMW R1150 dari Singapura dengan total nilai barang Rp3,4 miliar dan potensi kerugian negara mencapai Rp7,4 miliar.
Mobil dan motor tersebut hanya diberitahukan sebagai used auto parts dan aksesoris serta hingga saat ini barang yang diimpor PT NILD masih terus dikaji secara mendalam oleh Ditjen Bea Cukai.
Baca Juga: BPRD DKI Memburu 1.140 Penunggak Pajak Kendaraan Mewah di Jakarta
Kasus penyelundupan dengan manifes, 19 Oktober 2018, dilakukan oleh PT MPMP berupa mobil Citroen DS ID 19, mobil Porsche Carrera, motor Harley Davidson FLST N, motor BMW Motorrad NITE T, tiga mesin VW dari Singapura dengan total nilai barang Rp2,07 miliar dan potensi kerugian negara Rp3,03 miliar.
Barang impor yang pada pemberitahuannya hanya dinyatakan berupa suku cadang otomotif dan aksesoris itu hingga kini masih terus dilakukan penelitian oleh Ditjen Bea Cukai.
Kasus penyelundupan dengan manifes, 15 November 2017, dilakukan oleh PT IRS berupa mobil BMW tipe M3 CSL, lima unit motor Honda CRF 1000L, motor BMW R75/5, dan lima unit motor Harley Davidson dari Singapura dengan total nilai barang Rp3,6 miliar, dan potensi kerugian negara mencapai Rp7,4 miliar.
Barang-barang tersebut hanya diberitahukan sebagai telescopic ladder sehingga kini telah dilakukan pemblokiran dan ditetapkan dua tersangka terhadap PT IRS atas inisial AA dan LHW.
Kasus penyelundupan dengan manifes, 24 Februari 2017 dilakukan oleh PT TNA berupa 13 unit motor BMW berbagai tipe dan satu unit motor Ducati dengan total nilai barang Rp1,7 miliar dan total kerugian negara mencapai Rp4,3 miliar.
Motor tersebut hanya diberitahukan sebagai kunci inggris, kikir, parut, dan perkakas sehingga Ditjen Bea Cukai telah menetapkan seorang tersangka berinisial DH melalui kasus PT TNA.
Kasus penyelundupan dengan manifes, 16 Desember 2016 dilakukan oleh PT TSP berupa tiga unit mobil mewah yang terdiri dari Porsche GT3RS, Ferrari 250 GT E, dan Porsche Turbo yang pada dokumen diberitahukan sebagai sparepart dengan total nilai barang Rp6,7 miliar serta perkiraan potensi kerugian negara mencapai Rp17,8 miliar.
BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini