Ceknricek.com — Sebuah studi mendalam dari Galeri Uffizi di Italia mengungkapkan, seniman besar Renaisans Leonardo da Vinci adalah ambidextrous, yakni seorang yang mampu menggunakan menulis dengan tangan kanan dan kiri.
Dilansir Reuters, Rabu (10/4) Direktur Galeri Uffizi, Eike Schmidt mengatakan studi mendalam ini dilakukan pada karya paling awal Leonardo. Menurut Eike, analisis ilmiah dan teknologi juga mengungkapkan sketsa lanskap tersembunyi yang sebelumnya tidak diketahui di belakang karya asli Leonardo da Vinci.
Temuan ini diumumkan sebulan sebelum peringatan 500 tahun kematian Leonardo, dimana museum di seluruh Eropa akan menyelenggarakan pameran dan acara untuk merayakan kehidupan seniman di balik karya fenomenal Mona Lisa itu.
Karya Da Vinci yang pertama diketahui tertanggal 5 Agustus 1473, ketika dia berusia 21 tahun dan menunjukkan lanskap lembah sungai Arno serta Kastil Montelupo, persis di luar Florence.
Sejarawan seni Cecilia Frosinini juga mengatakan studi ini dikembangkan dari dua teks yang mengonfirmasi bahwa karya tersebut menunjukkan bahwa ia mampu menulis dengan sempurna menggunakan tangan kiri dan kanannya.
“Leonardo dilahirkan dengan kemampuan menulis tangan kiri, tetapi diajari menulis dengan tangan kanannya sejak usia sangat muda. Dengan melihat tulisannya, termasuk dari gambar ini, orang dapat melihat kaligrafi tangan kanannya berpendidikan dan dilakukan dengan baik,” kata Cecilia.
Cecilia menjelaskan dengan menggunakan cahaya inframerah, para ahli seni juga menemukan dua lapisan gambar yang berbeda, baik di bagian belakang dan depan, dengan garis tinta yang menutupi jejak arang asli di tempat-tempat tertentu.
Tidak banyak tinta yang terlihat di bagian belakang, tetapi inframerah mengungkapkan pemandangan lain yang menggambarkan sungai yang dilintasi oleh jembatan pada awalnya ditarik ke sana menggunakan sejenis arang. Tidak jelas apakah seniman itu telah menggosok kertas bersih atau apakah arang telah memudar seiring waktu.
“Elemen-elemen yang muncul selama penelitian ini membuka perspektif baru tentang interpretasi atas ‘Landscape 8P’ dan tentang bagaimana seniman (membangun) lanskap, pada tekniknya dan bahkan pada kebiasaan dan kemampuannya dalam menulis,” kata Cecilia Frosinini.