Ceknricek.com — Potongan video pidato Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, viral di media sosial. Dalam video yang diupload tvOne di YouTube, Kamis (26/12) itu, Kiai Said menagih janji Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menggelontorkan dana Rp1,5 triliun kepada PBNU.
Menurut Kiai Said, janji Menteri Sri Mulyani tersebut tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Keuangan dengan PBNU. “Pernah kami MoU dengan Menteri Sri Mulyani katanya akan menggelontorkan kredit murah Rp1,5 triliun. Ila hadza yaum, sampai hari ini, satu peser pun belum terlaksana. Ini biar tahu Anda semua seperti apa pemerintah ini,” ucapnya dalam video tersebut.
Video direkam ketika Kiai Said berpidato dalam acara wisuda mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) di Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 14 Desember 2019. Video berdurasi 32 menit 2 detik itu juga diunggah NU Channel di YouTube, pada 15 Desember 2019.
Selain menagih janji, Kiai Said juga menyoroti ketimpangan ekonomi di Indonesia. Ia menyebut Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tapi kekayaan itu hanya dinikmati oleh sekelompok orang.
“Sekelompok kecil menikmati kekayaan alam yang sangat luar biasa. Freeport, uranium, apalagi batubara. Semua akan dihabisi oleh segelintir orang saja,” kata dia.
Kiai Said juga menyinggung soal toleransi ekonomi. Ia menyinggung proyek-proyek besar pemerintah yang dinikmati oleh segelintir orang saja. “Yang belum ada adalah toleransi dalam ekonomi, harmoni dalam ekonomi, harmonis dalam beragama, harmonis dalam bermasyarakat sudah kami lakukan. Tapi harmonis dalam ekonomi masih jauh panggang dari api,” katanya.
Baca Juga: PBNU: Bunga Terlalu Tinggi, Program Kredit Rp1,5 Triliun Kemenkeu Tak Jalan
Ia menyebut ada oknum yang monopoli proyek-proyek pemerintah. Setiap ada proyek dari pemerintah, pasti yang dapat adalah orang itu.
Kiai Said lantas mempertanyakan di mana ekonomi untuk pemerataan. Jangan sampai harta dinikmati oleh orang-orang itu saja. “Setiap proyek besar pasti bukan Haji Hasan, bukan Haji Muhammad. Pasti yang mendapat proyek besar bukan kita, bisa dibacalah. Sampai kapan seperti ini? Wallahualam,” tuturnya.
Kiai Said menambahkan, percuma berorganisasi, percuma bernegera jika tidak bisa membangun hal-hal positif. Membangun pendidikan, membangun kesehatan, membangun prestasi-prestasi yang bisa dibanggakan. Karena itu, ia mengajak umat Islam untuk meningkatkan martabat dan prestasi. “Umat Islam harus berprestasi. Umat Islam harus kompetitif, bukan hanya komparatif,” katanya.
Selama ini warga NU hanya bisa bangga karena menjadi ormas Islam terbesar di Indonesia yang jumlahnya sekitar 91 juta jiwa. “Paling kita bisanya cuma NU mayoritas, 91 juta. Itu komparatif namanya. Tapi kompetitif, tidak bisa fastabiqul khairat. Belum bisa musabaqoh, belum bisa balapan,” katanya.
“Makanya, jangan salah. Jangan salahkan siapa-siapa, kalau ketika Pemilu, ketika Pilpres suara kita dimanfaatkan, tapi ketika selesai kita ditinggal,” tandas Said Aqil.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.