Ceknricek.com – Pemanasan global merupakan isu lingkungan yang telah lama menjadi fokus banyak orang. Salah satunya terlihat dari suhu air laut yang semakin hangat. Sekelompok ilmuwan gabungan dari Cina dan Amerika mengungkap hasil penelitiannya.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di science mengungkap peningkatan suhu lautau lebih cepat dari perkiraan. Tahun 2018 dianggap sebagai tahun terpanas dalam catatan suhu laut. Beberapa kejadian seperti Badai Michael dan Florence terjadi akibat cuaca ekstrem tahun lalu.
Pemanasan laut memiliki dampak yang merusak di seluruh dunia. Dalam jurnal tersebut terdapat catatan mengenai pengaruh pemanasan laut seperti naiknya permukaan laut, kerusakan terumbu karang, penurunan kadar oksigen laut. Penurunan lapisan es, gletser dan es di wilayah kutub.
Tim peneliti menganalisis beberapa studi baru yang menilai suhu lautan. Tujuannya untuk menyimpulkan bahwa pemanasan laut lebih kuat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Studi-studi menjelaskan fakta bahwa penilaian suhu laut sebelumnya menggunakan metode yang kurang akurat. Para peneliti kini menggunakan metode yang baru. Mereka menggunakan sistem baru yang disebut dengan Argo, armada 4.000 robot terapung yang dapat menyelam hingga 2.000 meter di bawah permukaan laut.
Para peneliti menemukan bahwa tren pemanasan laut terjadi pada kecepatan 40 persen lebih cepat dibanding perkiraan PBB lima tahun lalu. Tim juga menemukan bahwa pemanasan ini semakin cepat.
“Jika Anda ingin melihat dimana pemanasan global terjadi, lihatlah di lautan kita,” ujar Zeke Hausfather, salah seorang penulis.
Menurut mahasiswa pascasarjana di Grup Energi dan Sumber Daya Universitas California itu, pemanasan lautan merupakan indikator perubahan iklim yang sangat penting.
“Kami memiliki bukti kuat bahwa pemanasan lebih cepat dari yang kita kira,” lanjutnya.
Suhu laut dapat digunakan sebagai penanda yang baik untuk perubahan iklim. Pasalnya, 93 persen energi berlebih dari matahari terperangkap oleh gas rumah kaca ditemukan di lautan. Artinya, lautan sebenarnya menyelamatkan manusia dari pemanasan yang berlebihan.
Namun, saat lautan kian memanas, para makhluk yang menghuni daratan akan menerima konsekuensi. Es mencair dan menyebabkan permukaan laut naik sekitar 30 centimeter pada tahun 2100. Dampaknya adalah banjir di wilayah pesisir pantai.
Badai-badai ekstrem pun kian memburuk dan menimbulkan kerusakan serta kerugian material yang besar. Selanjutnya, ikan dan hasil laut yang menjadi penghasilan banyak orang dapat berpindah wilayah, mengarah pada konflik antarnegara.
Untuk meminimalkan pemanasan global, kita harus tetap fokus pada target menjaga peningkatan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat celcius. Standar tersebut ditetapkan Paris Climate Accord untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Saya rasa ada beberapa alasan untuk yakin bahwa kita menghindari keadaan terburuk (untuk lingkungan) yang akan muncul,” kata Zeke.