Ceknricek.com – Beberapa waktu belakangan, kecelakaan kapal motor yang terjadi di perairan Tanah Air cukup banyak. Dari catatan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sepanjang tahun 2017 telah terjadi 65 kecelakaan kapal motor di danau, laut atau selat maupun penyeberangan. Sedangkan pada tahun 2018 hingga bulan Juni, sudah lebih dari 40 kecelakaan kapal motor di sungai.
Tak ingin Perairan Pulau Seribu menjadi tempat kapal kecelakaan, pihak terkait pun memberi peraturan tegas dan mengimbau kepada operator kapal, pemilik armada, serta penumpang agar kenyamanan berlayar menjadi prioritas utama.
M Teguh selaku Anggota Pengawasan dan Pengendalian Dermaga Pulau Tidung Suku Dinas Perhubungan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu mengatakan, bahwa ketertiban berlayar sudah diberlakukan mulai tahun 2014.
“Sudah mulai kelihatan, dari penyediaan life jacket, rakit penolong mereka sudah menyediakan. Dan saat pelayaran, penumpang wajib mengenakan life jacket. Itu sudah mutlak karena Undang-undang pelayaran mensyaratkan seperti itu,” kata Teguh saat berbincang dengan Ceknricek.com, Minggu (24/6/2018).
Antisipasi
Peraturan tegas itu muncul karena melihat sejumlah kecelakaan di sekitar Pulau Seribu maupun luar pulau. Untuk di Pulau Seribu sendiri, pada 1 Januari 2017 lalu, kapal penumpang Zahro Express mengalami kebakaran, hingga menewaskan 23 penumpang. Hal tersebut karena kelalaian nahkoda yang menyebabkan mesin kapal terbakar.
Selain itu, ada juga kecelakaan lain. Yaitu tenggelamnya kapal TNI di Perairan Kepulauan Seribu pada 12 Maret 2018 lalu. Kapal tersebut sempat mogok karena mesin mengalami gangguan, hingga akhirnya tenggelam. Namun tak ada korban atas kecelakaan itu.
Untuk mencegah terjadinya lagi kecelakaan, penyedia moda transportasi sudah meningkatkan pelayanan dengan meningkatkan tingkat keselamatan, baik itu keselamatan penumpang maupun kapal beserta awaknya. Beberapa alat disediakan di setiap kapal sebagai standarisasi berlayar.
“Jadi kapal perlu ada alat pemadam api ringan. Itu yang mutlak harus disediakan enggak bisa enggak. Karena itu semua yang menunjang nanti dia diizinkan berlayar atau tidak. Alat-alat itu tersedia, keselamatan tersedia, baru diizinkan untuk bisa berlayar,” ucap Teguh.
Kelebihan Muatan
Mengenai kelebihan muatan, M Teguh menegaskan tidak ada masalah tersebut selama ia menjabat, dari tahun 2017 sampai 2018 sekarang. Menurutnya, semua kapal sudah sesuai dengan kapasitas dan telah disertifikasi oleh marine inspector.
Marine inspector memang tidak terlalu banyak dikenal publik. Padahal, merekalah sejatinya yang menjadi ujung tombak dari aspek safety of navigation. Marine inspector merupakan jabatan fungsional, bukan jabatan struktural atau jabatan yang ber-eselon di Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Orang ini bekerja sejak kapal mulai dibangun di galangan. Mereka memeriksa konstruksi lambung, perlistrikan dan permesinan kapal, dan lainnya sesuai standar keselamatan yang tercantum di dalam Safety of Life at Sea (SOLAS).
Marine inspector sebagai pihak ketiga yang independen untuk melakukan suatu survei, pengawasan kegiatan bongkar muat kapal di pelabuhan ataupun ship to ship dan survei penentuan kualitas dan kuantitas muatan kapal,
“Jadi dari marine inspector misalnya kapal tertentu kapasitas maksimalnya 280 (penumpang) ya sudah stop segitu enggak boleh lebih. Kalau penumpang lebih, kapal tidak diberangkatkan. Jadi makin ke sini tingkat kesadaran berlayar baik masyarakat maupun operator semakin tinggi. Karena dengan taat aturan itu sebenarnya bukan untuk bikin ribet tapi bikin suasana berlayar tambah nyaman,” urai M Teguh.
Kesadaran Masyarakat
Meski aparat terkait sudah bertindak maksimal dengan segala peraturannya, ada saja masyarakat yang kurang kesadaran. Seperti banyak dari penumpang yang memilih untuk duduk di bagian luar kapal. Mereka seolah tidak memikirkan keselamatan nyawanya.
Di setiap dermaga, petugas setempat tidak bosan mengingatkan agar mereka menempati tempat duduk yang telah disediakan. Hal tersebut dilakukan sampai kapal berangkat meninggalkan dermaga. Juga keharusan pemakaian life jacket atau baju pelampung oleh para penumpang.
M Teguh beserta timnya mengaku sudah berulang kali mengingatkan kepada penumpang akan pentingnya keselamatan. Mereka juga sudah berpesan kepada awak kapal, agar ketika berlayar para penumpang harus tertib.
“Ya dari kita sendiri sih sudah berulang kali untuk mengingatkan pengguna, masyarakat wisatawan yang akan berlayar. Kalau selamat lebih utama dari pada cuma sekedar melihat pemandangan laut gitu kan. Kan bisa melihat dari dalam. Cuma kembali lagi ke pribadinya,” ujar Teguh.
Selengkapnya lihat video berikut: