Ceknricek.com — Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2019 baru saja usai. Bagi sebagian orang, memandang pesta belanja di akhir tahun ini adalah proyek bakar duit bagi marketplace macam Lazada, Shoppe, Bukalapak, Tiket.com, dan lainnya.
Pendapat begitu tidaklah keliru. Soalnya, pada hari itu pedagang online seakan berlomba-lomba menebar diskon dan cashback secara jor-joran. Ada yang memberi diskon sampai 99%. Edan. Di sisi lain, penyedia layanan e-commerce juga memacu promosi gila-gilaan. Tak hanya memenuhi kanal-kanal digital atau digital marketing, iklan juga bertabur di televisi.
Nyaris saban hari–sebelum sebelum harbolnas 12 Desember 2019 digelar–media sosial, macam Facebook, Twitter, WhatsApp dipenuhi promosi 12.12. Mereka gencar menawarkan hadiah, diskon atau voucer belanja. Nilainya miliaran rupiah. Bukalapak, misalnya, menyiapkan hadiah dan diskon sampai Rp50 miliar, Lazada menggelontorkan bujet Rp12 miliar. Lainnya juga begitu. Miliaran.
Baca Juga: Tips Belanja Online Harbolnas 12.12 Biar Tak Kehabisan Barang
Bagi marketplace, harbolnas sepertinya adalah saat yang tepat untuk promosi. Mereka menyebut, harbolnas bukan bakar duit tapi sebagai education event yang cukup menguntungkan banyak pihak. Harbolnas sebagai lahan marketing yang efektif bagi siapa saja yang ingin bermain di bisnis e-commerce.
Pernyataan seperti itu juga tidak keliru. Nyatanya, mereka yang sudah berpartisipasi aktif dalam harbolnas bukannya berkurang, melainkan terus bertambah. Nyaris, semua perusahaan besar e-commerce mengikuti ajang ini.
Kesempatan Ekspansi
Harbolnas telah menjadi ajang unjuk kebolehan bagi perusahaan e-commerce, para brand, seller dan enabler e-commerce dalam mengerahkan seluruh kreativitas, inovasi, teknologi, dan infrastruktur untuk mewujudkan keinginan dan menciptakan nilai bagi konsumen.
Jadi sangat wajar, ketika harus memberikan treat banyak biaya yang keluar. Setiap kampanye yang mereka lakukan tentunya sudah ada perhitungan efektivitasnya, termasuk kampanye atau promosi di harbolnas ini.

Baca Juga: 90 Persen Barang Online Merupakan Produk Impor
Harbolnas telah menjadi kesempatan ekspansi bisnis bagi para penjual untuk mendapatkan pembeli baru. Sedangkan bagi pengusaha e-commerce, soal bujet promosi, tentu saja mereka sudah punya perhitungan sendiri. Ketika berhitung kapan balik modalnya, tentu banyak variabel yang menyertainya.
Memang sih, untuk menghitung balik modal, tak hanya menggunakan matriks dari satu promo saja. Yang penting, selain menciptakan promosi, mereka juga memiliki target engagement kepada new maupun existing customer yang berlipat lipat.
Penggerak Ekonomi
Harbolnas digelar sejak 12 Desember 2012. Pada awalnya, kegiatan tahunan ini diprakarsai enam e-commerce besar di Indonesia. Mereka adalah Lazada Indonesia, Zalora, Blanja, PinkEmma, Berrybenka, dan Bukalapak. Pesta ini didukung sejumlah mitra seperti pelaku industri telekomunikasi, perbankan, logistik hingga media.
Acara ini menjadi bagian penting dari pertumbuhan industri e-commerce. Menurut laporan economy 2019 dari Google dan Temasek, harbolnas memiliki nilai industri sebesar US$20,9 miliar tahun 2019 dan menjadi salah satu penggerak utama pertumbuhan ekonomi digital Indonesia saat ini yang memiliki nilai industri sebesar US$40 miliar.
Kini dalam pelaksanaannya, Harbolnas 2019 dikawal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA). Pesta ini berkembang signifikan. Pesertanya sudah mencapai lebih dari 250 platform belanja online. Harbolnas tahun ini menargetkan transaksi mencapai Rp8 triliun. Jumlah tersebut ditarik dari 235 pelaku usaha online yang berpartisipasi.

Baca Juga: Tarik Ulur Pajak E-commerce
Dari transaksi fantastis ini, membuat peserta harbolnas makin semangat mematok target-target mereka. Dari beberapa kali pelaksanaannya, ada kenaikan signifikan bagi bisnis mereka. Shopee dan Bukalapak mengklaim setelah harbolnas biasanya terjadi pertumbuhan kunjungan, penjualan, dan transaksi.
Tahun lalu, Shopee mengklaim di king records. Ada 12 juta transaksi dan 7 negara, setiap hari pelaksanaannya. “Tahun ini kami berharap bisa memecahkan rekor lagi,” ujar Christin, Director of Shoppe Indonesia.
Bukalapak mengklaim, selama periode kampanye KALAP 12.12 tahun ini, jumlah transaksi melalui platform Bukalapak naik 80 kali lipat dari periode harbolnas di tahun 2015 dan jumlah kunjungan naik 15 kali lipat dari tahun 2015.
Tiket.com juga begitu. Pedagang tiket online ini mengaku, biasanya setelah harbolnas pelanggannya naik dua sampai tiga kali lipat. Hal yang sama juga dialami Lazada.
Baca Juga: Panen Raya Para Kurir
Begitukah? Tokopedia bisa dibilang satu-satunya e-commerce besar yang tak ikut kehebohan harbolnas. Start-up ini menganggap harbolnas bukan edukasi yang tepat bagi masyarakat. Pengalaman berbelanja digital yang baik bukan diukur dari potongan harga.
“Kami lebih fokus ke pengembangan layanan yang lebih baik, dalam hal keamanan, kenyamanan pengguna, kemudahan akses. Bukan sekadar memikirkan harga yang lebih murah,” ujar Leontinus Alpha Edison, salah satu Bos Tokopedia, suatu ketika.
Lagi pula, Leontinus berdalih diskon besar yang digelar e-commerce lain selama periode harbolnas tak mempengaruhi transaksi di Tokopedia. Basis pengguna aktif Tokopedia tak lantas lari ke toko-toko online lain untuk membeli kebutuhan mereka.
Harbolnas memang bisa mengubah perilaku belanja masyarakat. Konsumen seperti kehilangan sikap kritis dan rasional. Mereka berbelanja bukan lagi berdasarkan pada kebutuhan (need) tapi keinginan (want). Banyak orang terjerat bujuk rayu diskon. Mereka tidak sadar bahwa diskon hanyalah gimmick marketing, alias diskon abal-abal. Ruang ini seringkali juga dimanfaatkan para penipu online.
Sepantasnya pemerintah secara ketat mengawasi praktik belanja online. Soalnya, fenomena belanja online yang menguat, justru tidak paralel dengan kuatnya pengawasan oleh pemerintah. Ironis.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini