Ceknricek.com — Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia melalui mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat, menyelenggarakan seminar bertajuk Darurat Investasi Kesehatan Untuk Human Capital Menuju Indonesia Emas 2045. Seminar yang menghadirkan sejumlah pakar dan pembuat kebijakan itu digelar di auditorium gedung FKMUI, Kamis, (2/5).
Seminar yang diikuti lebih dari 300 peserta tersebut menghadirkan Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, Ph.D., Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat BAPPENAS. Dr. Maya Amiarny Rusady, M.Kes., Direktur Jaminan Pelayanan Kesehatan BPJS Kesehatan. Sowmya Kadandale, Chief of Health UNICEF Indonesia. Serta dr. Anung Sugihantono, M. Kes., Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dari Kemenkes sebagai pembicara.
Foto : Tyo/Ceknricek.com
Seminar yang berlangsung penuh antusias itu juga diikuti oleh sembilan universitas dari beberapa wilayah di Indonesia dalam format jarak jauh. Yakni, Universitas Kader Bangsa Palembang. UNAIR, Surabaya. UHAMKA, Jakarta. Poltekes 1, Jakarta. Poltekes 3, Jakarta. IIK Bhakti Wiyata Kediri. Universitas Muhammadiyah DIY. STIK Budi Kemuliaan Jakarta, dan URINDO Jakarta.
Dalam sambutannya, Dekan FKM UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D. mengatakan, pendidikan dan kesehatan adalah hak asasi setiap manusia dan lewat kedua hal itulah peradaban manusia dapat dibangun. Ia juga menjelaskan, ada 4 pilar yang menjadi visi Indonesia Emas di tahun 2045 serta bonus demografi.
Ada empat pilar dalam Visi Indonesia Emas 2045, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi, pembangunan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan ketahanan nasional serta tata kelola pemerintahan, ungkap dekan yang kembali melanjutkan masa baktinya di FKM UI dari tahun 2017-2021 tersebut.
Human Capital Index (HCI)
Sebelumnya, pada Oktober 2018 di Bali, Human Capital telah menjadi isu penting dalam pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF). Di tahun itu juga IMF meluncurkan Human Capital Index (HCI), sebuah indeks yang menggambarkan produktivitas generasi mendatang yang diukur dengan cara membandingkan kondisi pendidikan dan kesehatan suatu wilayah dengan tolak ukurnya (benchmark). Indeks tersebut dibuat untuk mengukur perkiraan nilai modal manusia pada anak yang lahir saat ini dan kondisi yang diperolehnya saat usia 18 tahun.
Foto : Tyo/Ceknricek.com
Dalam rilis yang diterima redaksi, Indeks HCI memiliki 5 (lima) indikator, yaitu (1) kelangsungan hidup anak sampai dengan 5 (lima) tahun, (2) proporsi anak yang tidak stunted (pendek), (3) angka harapan lama sekolah seorang anak, (4) skor nilai yang diharmonisasi sebagai ukuran kualitas pembelajaran (learning outcome), dan (5) proporsi usia 15 tahun yang dapat bertahan hidup hingga usia 60 tahun.
Dari lima indikator tersebut, terdapat tiga indikator yang erat kaitannya dengan sektor kesehatan. Yakni, kelangsungan hidup anak sampai dengan lima tahun, proporsi anak yang tidak stunted (pendek) dan proporsi usia 15 tahun yang dapat bertahan hidup hingga usia 60 tahun.
Dengan jumlah penduduk 264 juta, tahun 2025, Indonesia diperkirakan akan memperoleh bonus demografi dimana peningkatan jumlah orang dewasa produktif lebih dari 60% dari total populasi, dan penurunan rasio ketergantungan usia produktif 15-65 tahun relatif terhadap populasi non produktif ( 0 14 tahun dan 65+ tahun).
Periode tersebut hanya dapat dicapai dan diperpanjang secara substansial, melalui investasi modal manusia strategis di bidang kesehatan, gizi, pendidikan, tenaga kerja, dan perlindungan sosial. Namun, yang utama adalah dari investasi sektor kesehatan yang beragam, multidimensi dan lintas generasi, untuk menangani risiko kesehatan dan menghadapi tantangan remaja serta lansia secara bersamaan.