Ceknricek.com — Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) diketuai oleh Ir Siti Arifah Pujonarti sedang mengembangkan alat yang mudah, cepat dan tepat untuk mendeteksi “stunting” (kekerdilan anak) pada balita.
“Alat tersebut berupa ‘length board‘ atau ‘stadiometer’ yang telah dimodifikasi sehingga bisa cepat dan tepat mendeteksi stunting pada balita sesuai umur dan jenis kelaminnya,” kata Siti Arifah di Kampus UI Depok, Jabar, Senin (16/12).
Untuk memaksimalkan penggunaan alat tersebut, Tim Pengmas FKM UI memberikan edukasi kepada kader posyandu mengenai stunting dan cara penggunaan alat tersebut yang dilakukan sejak Juli pada tiga titik posyandu terpilih, yaitu Posyandu Teratai Putih 2, Posyandu Cempaka dan Posyandu Wijaya Kusuma.
“Setelah diberikan pelatihan, tim Pengmas UI juga melakukan pemantauan setiap bulan di setiap posyandu hingga bulan Desember 2019,” katanya.
Pihaknya juga melakukan pembekalan informasi mengenai Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang bergizi seimbang sesuai dengan tahapan usia anak.
Siti Arifah mengatakan, selama ini kader posyandu hanya melakukan pengukuran panjang/tinggi badan balita, sedangkan penentuan status stunting setidaknya dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas.

Baca Juga: Tekan Angka Stunting, Menteri Terawan Minta Daerah Gunakan Kearifan Lokal
Diharapkan dengan adanya kemudahan pada alat ukur di puskesmas, stunting dapat lebih dini diketahui. Semakin cepat stunting dideteksi, maka semakin cepat upaya pencegahan atau penanganan dapat diberikan.
Guru Besar FKM UI, Prof dr Endang L. Achadi menjelaskan, bahwa permasalahan stunting bukan hanya tentang ukuran fisik yang pendek, namun lebih pada konsep proses terjadinya stunting bersamaan dengan proses hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh lainnya, termasuk otak.
“Artinya, seorang anak yang menderita stunting kemungkinan besar juga akan berisiko mengalami kurangnya kemampuan kognitif yang menyebabkan anak kurang cerdas,” ujar Endang.
“Selain itu, hambatan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ lain seperti jantung, ginjal dan lainnya akan meningkatkan risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) di usia dewasa, seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan lainnya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, berdasarkan Riskesdas Kemenkes tahun 2018, lebih kurang 1 di antara 3 balita di Indonesia mengalami stunting atau kondisi malnutrisi kronis yang menyebabkan tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya.
BACA JUGA: Cek OLAHRAGA, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.