Ceknricek.com – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengungkapkan keberhasilan Kota Surabaya, Jawa Timur, mengelola sampah saat menjadi pembicara dalam forum internasional, World Materials Forum (WMF) di Kota Nancy, Perancis, Jumat (15/6) waktu setempat.
“Kalau sampah organik dikelola menjadi kompos, baik di tingkat rumah tangga maupun di pusat pembuatan kompos yang kami bangun. Kompos itu dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman masyarakat dan mendukung program pertanian perkotaan,” kata Wali Kota Surabaya Risma melalui siaran pers Humas Pemkot Surabaya, Sabtu (15/6).
Foto : Antara
Dalam forum yang dihadiri para pakar, praktisi, akademisi, pemerintah, dan sektor swasta itu, Risma memaparkan pengelolaan sampah dan daur ulang sampah plastik yang sukses dilakukan di Kota Surabaya.
Risma menyampaikan bahwa beberapa tahun lalu, Surabaya yang berpenduduk 3,3 juta jiwa mengalami masalah besar dalam pengelolaan sampah, karena tempat pembuangan sementara ditutup warga. Akibatnya, sampah menyebar ke seluruh kota dan menguarkan aroma tak sedap.
Padahal, lanjut dia, saat itu tempat pembuangan sampah baru belum siap untuk dioperasikan. “Akhirnya, kami memutuskan untuk bekerjasama dengan warga untuk bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut,” ujarnya.
Foto : Antara
Selanjutnya manajemen sampah berbasis masyarakat yang independen mulai diperkenalkan, di mana orang-orang melakukan pemilahan sampah mulai dari rumah mereka masing-masing.
Sampah anorganik harus dikumpulkan dan dijual. Untuk mendukung gerakan itu, Pemkot Surabaya mendirikan bank sampah di tingkat lingkungan yang sekarang telah mencapai 352 unit di seluruh Surabaya.
Risma juga menjelaskan, untuk mengundang lebih banyak partisipasi publik, Pemkot Surabaya mengembangkan kader dan fasilitator lingkungan. Tugas utama mereka adalah membantu dan mengajar warga tentang pengelolaan sampah. “Saat ini kami memiliki lebih dari 500 fasilitator dan lebih dari 30 ribu kader lingkungan,” katanya.
Tidak hanya di lingkungan masyarakat, pengelolaan sampah semacam itu juga diterapkan di sekolah-sekolah dan universitas melalui program eco-school, eco-Islamic boarding school, dan eco-university. Dalam program ini, para siswa dan mahasiswa melakukan pengelolaan sampah, limbah, penanaman pohon, dan penghematan energi di lingkungan mereka masing-masing.
Untuk mengatasi masalah sampah plastik yang tidak terdegradasi, Risma mengaku sudah mengeluarkan Surat Edaran Wali Kota Surabaya yang mendorong pengurangan sampah plastik dan melakukan daur ulang plastik.
Foto : Antara
Makanya, Pemkot Surabaya terus melakukan kampanye tentang penggunaan sedotan logam untuk mengganti sedotan plastik, penggunaan tumbler dan kotak makan siang serta kantong kertas sebagai ganti kemasan plastik.
“Kami juga sudah mendistribusikan 2.000 gelas untuk pekerja kebersihan, dan mengurangi penggunaan plastik botol dan kemasan plastik selama rapat di kantor kami. Sementara untuk mal, pasar ritel, dan toko swalayan mengenakan biaya tambahan untuk kantong plastik,” katanya.
Wali Kota Risma menambahkan, dalam hal mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah, sudah banyak diterapkan oleh warga Kota Surabaya, termasuk dalam hal sampah plastik.
Botol plastik dan kemasan diubah menjadi banyak barang berharga lainnya untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari atau untuk dijual sebagai produk daur ulang. “Warga biasanya menggunakannya untuk menghias lingkungan mereka dan bahkan membuat pohon Natal,” ujarnya.
Bahkan, setiap tahun, Pemkot Surabaya selalu menggelar kompetisi bagi siswa untuk membuat gaun yang terbuat dari bahan daur ulang, termasuk sampah plastik dan mereka dengan bangga menunjukkannya dalam sebuah acara atau festival. Kantong plastik juga digunakan untuk membuat lentera indah yang menghiasi kota Surabaya, terutama di sepanjang sungai Kalimas.
Untuk mengelola limbah plastik dengan lebih baik dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap masalah plastik, Pemkot Surabaya telah meluncurkan bus kota bernama Suroboyo Bus yang hanya memungkinkan penumpang membayar ongkos bus menggunakan botol plastik.
Foto : Antara
Saat ini ada 20 unit Suroboyo Bus yang beroperasi di Surabaya. “Hasil botol plastik dari Suroboyo Bus sebanyak 39 ton, pernah dilelang dan alhamdulillah terjual seharga Rp150 juta, dan uangnya itu kembali ke kota,” katanya.
Dari berbagai upaya itu, kini ada penurunan volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), meskipun jumlah penduduk meningkat. Selain itu, ada penurunan tingkat penyakit, suhu lebih rendah 2 derajat celcius, pengurangan yang signifikan dari banjir, kampung-kampung lebih bersih, ruang hijau yang lebih luas dan nyaman bagi masyarakat untuk melakukan banyak kegiatan sosial terutama di taman kota, sungai yang lebih bersih dan pengelolaan tepi sungai yang lebih baik.
“Kita harus khawatir, akan ada lebih banyak plastik di lautan daripada ikan pada tahun 2050. Hal itu bisa terjadi jika tidak ada upaya yang cukup dilakukan hari ini. Di tingkat lokal, kami percaya bahwa kemitraan yang kuat antara pemerintah, warga, dan pemangku kepentingan lainnya termasuk perusahaan swasta, akan membuat semua solusi bekerja lebih baik dan lebih cepat,” katanya.