Ceknricek.com — Pencinta tinju dunia biasanya tidak terlalu menyukai pertarungan divisi berat kelas bawah, misalnya kelas ringan dan kelas bulu. Khususnya di era 40-50-an, dimana saat itu kelas berat masih menjadi primadona di dunia tinju, terlebih dengan kehadiran nama-nama besar seperti Joe Louis dan Rocky Marciano.
Namun ada salah satu nama yang sebenarnya mencuat di luar divisi kelas berat di era itu. Dialah Willie Pep, petarung kelas bulu, yang tercatat sukses menjadi juara dunia sebanyak dua kali di kelasnya. Petinju Amerika Serikat bernama asli Guglielmo Papaleo itu wafat pada 23 November 2006, atau tepatnya 13 tahun lalu.
Menurut catatan dari BoxRec, Pep total bertarung dalam 241 laga, dengan rekor 229 kali menang (65 kali menang KO), 11 kalah (6 kali kalah KO) dan 1 kali imbang. Total, dirinya telah menjalani 1.956 ronde selama 26 tahun kariernya di atas ring. Angka ini merupakan jumlah ronde yang sangat banyak, bahkan untuk seorang petarung di masanya.
Pep dikenal karena kecepatan, kemahiran dan gerakannya yang sulit dipahami. Dirinya amat sulit dipukul, yang membuat lawan-lawannya frustasi. Red Smith, kolumnis olahraga The Times, bercerita tentang salah satu pertarungan Pep, tepatnya saat menghadapi petinju Meksiko, Kid Campeche, 16 Maret 1956.

Baca Juga: Mengenang Jake LaMotta: Sang Banteng Marah di Ring Tinju
“Willie bertarung dalam 10 ronde seperti tak tersentuh. Menempel dan bergerak, berputar, merunduk, melepaskan setiap serangan yang membuat lawannya frustasi. Para penonton bergemuruh melihatnya. Willie meninggalkan Campeche tanpa cedera, tetapi dia frustasi sampai hampir menangis. ‘Ini seperti mencoba memadamkan api rumput!’ kata Kid Campeche,” tulis Smith seperti dilansir dari NY Times.
Willie Pep dianggap sebagai salah satu petarung terbaik abad ke-20. Pep masuk peringkat pertama petinju kelas bulu abad ke-20 oleh Associated Press, serta peringkat pertama petinju kelas bulu terbaik sepanjang masa oleh International Boxing Research Organization tahun 2005.
Juara Dunia Termuda
Lahir pada 19 September 1922, Pep mengenal dunia tinju di level amatir, demi mendapatkan bayaran lebih untuk membantu ayahnya di masa Great Depression Amerika Serikat tahun 30-an. Selain sebagai petinju, Pep bekerja sebagai tukang poles sepatu.
Menurut ceritanya, di tahun 1938 atau ketika dirinya masih berusia 16 tahun, Pep bertarung melawan petinju yang kelak menjadi juara dunia kelas welter dan menengah, Sugar Ray Robinson. Dalam pertarungan amatir yang digelar di loteng sebuah toko di Norwich, Connecticut, Robinson yang memiliki bobot lebih besar (sekitar 130 pon berbanding 105 pon bobot Pep) menang angka mutlak.

Pep akhirnya menjalani pertarungan profesional pertamanya pada 10 Juli 1940 dengan mengalahkan James McGovern. Pep tercatat tak terkalahkan dalam 62 pertarungan perdananya, termasuk ketika memenangi gelar juara dunia kelas bulu dengan mengalahkan petinju AS, Chalky Wright, 20 November 1942.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Klitschko Bersaudara Jalani Debut Pro
Kemenangan itu sekaligus mengantarkannya sebagai juara dunia termuda di divisi itu. Dalam pertarungan tersebut, Pep bertarung dengan sangat cepat, sangat sulit untuk dipukul. Salah satu ronde bahkan dimenangkannya tanpa melepaskan pukulan, namun karena juri memberikan angka untuk kecerdasannya menguasai ring. Pertarungan itu akhirnya dimenangkan Pep dengan angka mutlak.
“Saya memukulnya beberapa kali, tetapi sebagian besar ronde, saya berayun-ayun dan membuatnya kebingungan. Sepertinya sekitar seratus pukulannya meleset, saya kira. Dirinya terlihat sangat buruk sehingga mereka memberi saya angka,” kata Pep kepada Peter Heller dalam sebuah wawancara untuk In This Corner.

Dirinya akhirnya merasakan kekalahan perdana, yakni ketika kalah angka dari Sammy Angott dalam pertarungan non titel, 19 Maret 1943. Hal ini membuat dirinya masih layak menyandang gelar juara dunia dan mempertahankannya dalam enam laga pertarungan gelar juara.
Selama Perang Dunia II, petinju berjuluk Will o’ the Wisp alias kilatan api itu juga angkat senjata untuk Angkatan Laut dan Angkatan Darat AS. Tahun 1947, Pep menderita patah kaki dan retak tulang belakang serta cedera dada akibat kecelakaan pesawat di Bridgeton, New Jersey.
Tetralogi dengan Sandy Saddler
Setahun berikutnya, dirinya akhirnya harus kehilangan gelar dari Sandy Saddler, 29 Oktober 1948. Pep kalah KO di ronde keempat dalam pertarungan di Madison Square Garden, New York, Amerika Serikat itu.

Rivalitasnya dengan Saddler tercipta hingga empat edisi. Pep menang angka mutlak pada pertarungan keduanya, 11 Februari 1949, sekaligus merebut kembali sabuk juara yang hilang. Saddler merebut kembali sabuknya itu pada pertarungan ketiganya, 8 September 1950. Saat itu, Pep mundur di ronde 8.
Pertarungan keempatnya pada 26 September 1961 juga dimenangi Saddler, setelah Pep mundur di ronde kesembilan. Menurut catatan dari BoxRec, Pep mundur karena darah dari mata kanannya mengganggunya. Nat Fleischer dalam The Ring, Desember 1951, menyebut pertarungan ini sangat kotor, seperti gulat.
Baca Juga: Mengenang Gigitan Maut Tyson ke Telinga Holyfield

Wasit Ray Miller dianggap tidak memperingatkan kedua petarung ketika pertarungan berjalan tidak sesuai aturan. Menurut catatan BoxRec, sebelum mundur Pep sebenarnya unggul angka dari 8 ronde pertarungan. Ia tidak mampu melanjutkan pertarungan karena sakit parah yang disebabkan oleh luka dalam pada mata kanannya.
Meski harus kalah dari Saddler, kedua petinju memiliki relasi baik. Keduanya sempat terlibat dalam beberapa pertarungan ekshibisi. Pep akhirnya pensiun setelah menjalani pertarungan ke 241, kalah angka mutlak dari Calvin Woodland, 16 Maret 1966.

Usai pensiun, Pep sempat menjadi wasit dan inspektur pertandingan. Tahun 1977, Pep masuk dalam National Italian American Sports Hall of Fame. Dia juga dikukuhkan dalam International Boxing Hall of Fame tahun 1990.
Pep meninggal di usia 84 tahun, setelah enam tahun menjalani perawatan Alzheimer di Haven Health Center, Rocky Hill, Connecticut.
BACA JUGA: Cek HEADLINE Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini